Mohon tunggu...
Ayu Ariani
Ayu Ariani Mohon Tunggu... Universitas Mercu Buana

Nama : Ayu Ariani | NIM : 43223010085 | Mata Kuliah : Sistem Informasi Akuntansi | Dosen Pengampu : Apollo, Prof. Dr. M.Si.Ak | Program Studi Akuntansi | Fakultas Ekonomi dan Bisnis | Universitas Mercu Buana

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

A301_Kuis 1_Teori Akuntansi Pendekatan Hermeneutik Wilhelm Dilthey

15 Oktober 2025   02:27 Diperbarui: 15 Oktober 2025   10:42 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Naturwissenschaften vs Geisteswissenschaften (Sumber: https://prezi.com/p/bwikt-kg1081/naturwissenschaft-vs-geisteswissenschaft/)

Pengertian Hermeneutika dalam Akuntansi (Sumber: Gambar Pribadi)
Pengertian Hermeneutika dalam Akuntansi (Sumber: Gambar Pribadi)

Hermeneutika dalam Sekilas Konsep Filosofis

Hermeneutika secara tradisional adalah ilmu atau seni penafsiran, terutama penafsiran teks suci, sastra, atau dokumen hukum. Seiring perkembangan pemikiran, hermeneutika diperluas sebagai teori interpretasi dalam hubungannya dengan makna, bahasa, dan pemahaman manusia. Dalam tradisi modern, tokoh-tokoh seperti Friedrich Schleiermacher, Wilhelm Dilthey, Martin Heidegger, Hans-Georg Gadamer, dan Paul Ricoeur telah mengembangkan hermeneutika menjadi suatu landasan metodologis dan epistemologis bagi ilmu-ilmu humaniora dan sosial.

Wilhelm Dilthey melihat hermeneutika sebagai metode khusus bagi Geisteswissenschaften (ilmu-ilmu humaniora atau ilmu-rohani/kemanusiaan), yakni ilmu yang memfokuskan pada ekspresi kehidupan manusia (life expressions) yang memerlukan pemahaman (Verstehen) daripada penjelasan kausal (Erklren). Menurut Dilthey, aspek-aspek kehidupan manusia seperti perasaan, pengalaman, tindakan sosial, tidak bisa sepenuhnya dikenali melalui metode ilmiah alamiah semata. Proses hermeneutik melibatkan penafsiran atas pengalaman, ekspresi, dan konstelasi historis-kultural yang melatarbelakangi tindakan manusia.

Dalam hermeneutika Dilthey, terdapat gagasan-rangkaian, seperti Erleben (pengalaman hidup), Ausdruck (ekspresi), dan Verstehen (pemahaman). Hidup manusia dialami (Erleben), kemudian diekspresikan dalam simbol, tindakan, bahasa, karya, institusi (Ausdruck), dan akhirnya ditafsirkan atau dipahami (Verstehen) dalam kerangka historis dan sosial. Inilah proses hermeneutic, yang bergerak dari pengalaman immanent ke ekspresi ke pemahaman dalam konteks.

Dengan demikian, hermeneutika bukan sekadar interpretasi pasif, tetapi suatu proses dinamis di mana penafsir (scientist) terlibat dalam "menghidupkan kembali" pengalaman orang lain melalui empati, penafsiran konteks, serta relasi antara bagian dan keseluruhan (hermeneutic circle).

Hermeneutika dalam Konteks Akuntansi

Ketika hermeneutika dibawa ke ranah akuntansi, gagasannya adalah bahwa laporan keuangan, angka, kebijakan akuntansi, keputusan pengukuran, dan praktik akuntansi secara keseluruhan dapat dilihat sebagai sebuah "teks" atau ekspresi tindakan manusia dalam organisasi dan masyarakat. Angka-angka bukan sekadar representasi netral, tetapi sarat dengan konteks, nilai, pilihan, interpretasi, dan tanggung jawab moral.

Beberapa aspek bagaimana hermeneutika dalam akuntansi dapat dipahami:

  1. Laporan keuangan sebagai teks yang perlu ditafsirkan
    Setiap angka di neraca, laporan laba rugi, catatan kaki, serta di kebijakan akuntansi adalah "representasi" dari keputusan manusia, asumsi, interpretasi, dan prioritas. Untuk memahami makna sebenarnya, seorang penafsir (stakeholder, auditor, manajer, pengguna) harus "memasuki" konteks organisasi, kebijakan manajemen, latar sosial, dan relasi kuasa di balik angka tersebut. Dalam perspektif hermeneutik, laporan keuangan bukan sekadar informasi kuantitatif, melainkan narasi ekonomi-sosial-moral.
  2. Interpretasi konteks historis dan sosial
    Praktik akuntansi dipengaruhi oleh budaya organisasi, regulasi, norma sosial, praktik manajerial, tekanan eksternal, dan sejarah perusahaan. Dengan pendekatan hermeneutik, peneliti dan praktisi akuntansi harus mengaitkan angka dengan konteks historis dan makna sosial di mana tindakan akuntansi itu berlangsung.
  3. Peran subjektivitas penafsir dan "pra-pemahaman" (pre-understanding)
    Penafsir (akuntan, auditor, pengguna) tidak memasuki teks laporan secara kosong, akan tetapi ia membawa latar belakang, pengalaman, asumsi, nilai, dan "prasangka" (prejudices). Dalam hermeneutika, penafsiran melibatkan kesadaran akan pra-pemahaman ini dan refleksivitas terhadap bagaimana hal itu memengaruhi proses interpretasi.
  4. Lingkar hermeneutik (hermeneutic circle)
    Proses penafsiran bergerak bolak-balik antara bagian dan keseluruhan. Misalnya, untuk memahami satu angka (bagian) kita perlu melihat kebijakan akuntansi, struktur organisasi, tujuan manajerial (keseluruhan). Dan untuk memahami keseluruhan organisasi atau narasi keuangan, kita kembali meninjau bagian-bagian (angka, kebijakan) dan interpretasi mereka. Ini adalah proses siklis dan terbuka, bukan interpretasi tunggal yang final.
  5. Moral, nilai, dan etika
    Karena interpretasi berkaitan dengan pilihan manusia, pendekatan hermeneutik membuka ruang bagi refleksi nilai, seperti mengidentifikasi ketidakadilan, konflik kepentingan, distorsi pengungkapan, manipulasi angka, dan aspek moral lainnya. Akuntansi hermeneutik tidak hanya "apa angkanya," tetapi "mengapa demikian," dan "apa akibatnya bagi berbagai pihak."

Dalam riset akuntansi, pendekatan hermeneutik telah digunakan sebagai metodologi interpretif, terutama dalam penelitian kualitatif, studi kasus, ataupun etnografi, di mana data berupa narasi, wawancara, dokumen, catatan manajerial, dan interaksi sosial lainnya. Ada literatur yang menyebut bahwa riset akuntansi hermeneutik dapat memperkaya pemahaman terhadap interaksi antara praktik akuntansi dan lingkungan sosial-budaya di mana ia beroperasi.

Dengan demikian, hermeneutika dalam akuntansi bukanlah sekadar "metode kualitatif," melainkan suatu paradigma epistemologis yang memandang akuntansi sebagai aktivitas manusiawi, bermakna, dan tercakup dalam konteks sosial-historis.

Dualitas Pengetahuan: Naturwissenschaften vs Geisteswissenschaften (Erklren vs Verstehen)

Naturwissenschaften vs Geisteswissenschaften (Sumber: https://prezi.com/p/bwikt-kg1081/naturwissenschaft-vs-geisteswissenschaft/)
Naturwissenschaften vs Geisteswissenschaften (Sumber: https://prezi.com/p/bwikt-kg1081/naturwissenschaft-vs-geisteswissenschaft/)

Salah satu kontribusi utama Dilthey ialah membedakan dua jenis sains atau cara-cara pengetahuan yang mendasari tradisi filsafat Jerman, yaitu Naturwissenschaften (ilmu alam) dan Geisteswissenschaften (ilmu-rohani/humaniora/ilmu kemanusiaan). Perbedaan ini berkaitan dengan cara mengetahui, objek kajian, metode, dan tujuan pengetahuan.

Naturwissenschaften dan Erklren 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun