Mohon tunggu...
Ayu Martaning Yogi A
Ayu Martaning Yogi A Mohon Tunggu... Lainnya - Just ordinary girl

Menyukai Dunia Literasi, Tertarik pada Topik Ekonomi, Sosial, Budaya, serta Pengembangan Diri

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Memaafkan, Sebuah Proses Validasi Emosi yang Menentramkan Hati

13 Mei 2021   23:32 Diperbarui: 13 Mei 2021   23:43 1028
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: bincangsyariah.com

Hari Raya Idul Fitri identik dengan saling bermaafan. Bersalaman, sungkeman, atau sekadar berkirim pesan adalah prosesi bermaafan yang lazim kita temui. 

Manusia memang tak luput dari kesalahan, sudah sewajarnya pula kita meminta maaf atas kesalahan yang kita lakukan baik secara sengaja maupun tidak. 

Atas permintaan maaf kita, tentu kita berharap agar kita dimaafkan. Sudah sepantasnya kita pun juga memaafkan apabila ada orang yang meminta maaf pada kita.

Memaafkan adalah sifat indah sang Illahi. Seperti kita ketahui, salah satu Asma'ul Husna yaitu Al-Ghafur memiliki arti Yang Maha Memberi Ampunan. Allah SWT selalu membuka pintu maaf dan ampunan atas kesalahan dan dosa-dosa manusia. 

Lalu, apakah pantas kita sebagai manusia ini menolak memaafkan ketika ada orang lain yang mengakui kesalahannya dan meminta maaf pada kita? 

Sedangkan kita sendiri masih butuh maaf dan ampunan dari sang Illahi. Rasanya, kita butuh memahami hakikat dan manfaat memaafkan agar kita semakin mudah dalam memberikan maaf.

Hakikat Memaafkan

Konon katanya memaafkan adalah seni menikmati hidup agar bahagia. Pada hakikatnya memaafkan adalah bentuk kita mencintai diri kita sendiri. 

Ketika kita benar-benar memaafkan kesalahan atau tindakan orang lain yang kita anggap kurang berkenan di hati kita, sejatinya kita sedang melunturkan dendam dan kebencian yang ada dalam hati kita. 

Bayangkan betapa tidak enaknya ketika hati kita dipenuhi rasa amarah, benci, dan terus-terusan menyimpan dendam pada orang lain. Padahal, belum tentu orang yang kita benci atau orang yang kita jadikan objek dendam itu memikirkan kita. Rugi sekali bukan?

Islam juga mengajarkan betapa mulianya tindakan memaafkan itu. Hal tersebut tertuang dalam Surat Ali Imran ayat 33 yang menjelaskan bahwa memberi maaf termasuk sifat orang yang bertaqwa. Selain itu, terdapat hadits tentang memaafkan sebagai berikut:

"Allah tidak menambah seorang hamba karena mau memberi maaf melainkan kemuliaan; dan tidaklah seseorang yang bersikap rendah hati di hadapan Allah melainkan akan diangkat oleh Allah derajatnya." (HR. Abu Daud)

Hadits tersebut menjelaskan betapa mulianya sikap memaafkan itu di hadapan Allah SWT.  Memaafkan juga menjadi bukti bahwa kita juga meneladani sifat indah Allah SWT yang Maha Penerima Taubat, Pengampun, dan Pemaaf.  

Validasi Emosi dalam Proses Memaafkan

Memaafkan terkadang bukan suatu hal yang mudah, butuh proses untuk bisa melakukannya. Prosesnya pun berbeda bagi setiap orang, ada yang butuh waktu singkat saja namun ada yang butuh begitu lama. 

Terlebih bagi orang yang benar-benar merasa tersakiti, hingga menorehkan luka di hati seperti pengkhianatan, perselingkuhan, penipuan, dan banyak alasan lainnya. Tentu hal itu bukan sesuatu yang mudah untuk dapat memaafkan.

Sumber Gambar: ggwp.id dan editing pribadi
Sumber Gambar: ggwp.id dan editing pribadi

Sebelum sesoorang berbesar hati untuk memaafkan, terdapat satu proses penting yang dinamakan validasi emosi atau validasi perasaan. Proses tersebut merupakan bentuk pengakuan dimana kita mengakui emosi serta perasaan seperti apa yang kita rasakan. 

Misalnya, ketika sadar bahwa kita sedang marah, ada rasa dongkol dalam hati kita, benci, atau dendam, maka dapat mencari akar permasalahannya. Dengan mencari sumber masalahnya maka kita bisa berpikir mengenai cara untuk meredam perasaan kita, atau bahkan cara untuk menyelesaikannya.

Emosi-emosi negatif yang teredam, secara perlahan membuat kita akan menemukan kelegaan atau kedamaian dalam hati kita. 

Setelah proses itu, kita tidak akan berlarut-larut memikirkan sumber permasalahan yang membuat kita marah, sedih, benci dan berbagai emosi negatif lainnya. Melalui proses validasi emosi atau perasaan itu maka memaafkan akan terasa lebih ringan.

Manfaat Memaafkan

Memaafkan memiliki berbagai manfaat, khususnya bagi diri sendiri. Pertama, memaafkan baik untuk kesehatan mental. Berdasarkan sebuah studi dari Annals of Behavioral of Medicine pada tahun 2007 menemukan bahwa kemampuan untuk berbesar hati dapat menurunkan stres serta mengurangi gangguan psikologi. 

Selanjutnya, memaafkan dapat membuat hati kita lebih tenang dan damai karena kita tidak membiarkan luka dan emosi negatif menganga lebar. Dengan memaafkan, berarti kita tidak membiarkan emosi menumpuk sehingga hati menjadi lebih damai.

Memaafkan juga merupakan ikhtiar kita untuk menjaga hubungan atau relasi kita dengan orang lain tetap baik. Ketika ketika memaafkan, maka rasa dendam akan terkikis dalam hati kita, sehingga kita tidak mudah memutuskan silaturahmi. 

Selain itu, memafkan juga berdampak positif bagi kesehatan tubuh kita, karena saat kita memaafkan orang lain kadar stres kita menurun. Hal tersebut dapat membuat fisik lebih baik karena, tekanan darah menurun, rasa cemas berkurang, tidur menjadi lebih nyenyak, dan sistem imun turut terjaga. Itulah beberapa manfaat ketika kita mau memaafkan.

Memaafkan bukan sesuatu yang mudah, tapi bukan berarti tidak bisa. Ketika kita merasa sulit memaafkan sudah selayaknya kita berkaca bahwa kita juga manusia biasa yang mungkin melakukan banyak kesalahan dan butuh dimaafkan. 

Kita juga patut mengingat bahwa memaafkan adalah tindakan mulia yang diajarkan dalam Islam, dan pada hakikatnya memaafkan adalah bentuk kita mencintai diri sendiri. Jadi, sudah siapkah kita untuk memaafkan?  

Referensi:

republika.co.id | sehatq.com | skata.info

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun