Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Di Lembah Panjshir yang Hijau

23 Agustus 2021   07:26 Diperbarui: 23 Agustus 2021   13:11 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi lembah Panjshir (foto Ahmad Sahel Arman/kompas.com)

Lihatlah lembah hijau yang dikelilingi gunung-gunung tinggi, bagaikan rahmat menjadi tempatmu bersembunyi saat ini. Dengan satu kemenangan di masa lalu, kemudian pemimpinmu ditembak mati. Engkau pun bangkit kembali.

Padanya tak ada burung-burung, yang selayaknya bawa berita pagi. Juga tak terlihat anak kecil menari-nari, yang tugasnya ceriakan seluruh dunia.

Mungkin pujangga menyembunyikan pena, dan menumpahkan semua tinta. Tak ada lagi gadis secantik rembulan malam untuk dipuja dan dikagumi. Semua memilih berdiam diri, dibalik irama mesiu yang menghantui.

Lihatlah kopi pagi tak hangat lagi, ditimpa hujan senjata. Makan bersama seluruh keluarga, tak pernah lengkap lagi. Janda-janda adalah wanita dengan kain lusuh meratapi diri. Senja yang rupawan telah meninggalkannya.

Matahari sama saja. Di sana, di sini, menyemangatimu. Ia selalu menghidupi sungai , gunung dan juga impianmu, Kawan. Tangan, kaki, punggung dan keningmu, bersujud hanya kepada Allah yang satu.

Taliban afghanistan, menjunjung keyakinan, meluruhkan kesedihan.

______________

Puisi parafrase ini ditulis dengan segala empati. Sesungguhnya Allah swt hanya minta kita beribadah kepadaNya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun