Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ramadan Saat Pandemi, Bedanya dengan Tahun Lalu

14 April 2021   09:25 Diperbarui: 14 April 2021   10:32 740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kami tinggal di bawah gunung di pinggir hutan (dokpri)

Waktu itu masih bulan-bulan awal atau semester pertama masa pandemi. Kegiatan sekolah dan kantor dialihkan ke rumah masing-masing. Sangat banyak tempat usaha atau kegiatan ekonomi yang terpaksa dihentikan. Hari ke hari, terjadi peningkatan angka penderita covid 19.

Beruntung, Abah masih dengan pekerjaannya, meski kali itu pelaksanaannya di luar kota. Abah baru bisa pulang seminggu sekali. Kami harus menikmati makan sahur dan berbuka puasa tanpa kehadiran Abah. Bahkan di tengah malam pun, kami harus menghadapi rasa takut dengan keberanian dan doa.

Kami tinggal di bawah gunung di pinggir hutan (dokpri)
Kami tinggal di bawah gunung di pinggir hutan (dokpri)
Tempat tinggal kami adalah sebuah rumah pondok berada di pinggir hutan, jauh dari tetangga. Secara matematis, lebih baik menempati tanah milik sendiri ketimbang membayar kontrakan setiap bulan. 

Selain aktifitas berkebun yang dapat kami lakukan, memelihara ternak ayam, juga menjadi leluasa. Tanpa kami sadari suatu waktu akan terjadi kondisi berpisah dengan Abah.

Apakah kami menjadi mandiri tanpa Abah? 

Ya, kemandirian itu sangat berpengaruh. Tidak ada lagi peran Abah dalam pembagian tugas di rumah. Berbelanja di pasar, tidak lagi didampingi Abah. 


Saat kami kehabisan isi tabung gas 3 kg, saya harus mencarinya sendiri, yang biasanya dikerjakan oleh Abah. Kebetulan saat itu bertepatan pada jam sholat magrib atau sehabis berbuka puasa. Sedangkan untuk mengendarai motor malam hari, sangat saya hindari karena kemampuan pandang yang tidak mendukung. Tapi semua harus saya lakukan.

Minggu pertama Abah tak di rumah, ternyata ayam peliharaan mulai terinfeksi virus. Saya menelepon Abah dan beliau menyarankan ayam yang sakit segera disembelih.

Saya menemui Kaik (bapak saya) yang berjarak setengah jam dari rumah, untuk meminta tolong. Rupanya beliau tidak dapat membantu. Ayam tersebut akhirnya mati, setelah menularkan kepada seekor ayam lainnya.

Saya menelepon Abah lagi, bertanya bagaimana cara mengubur ayam yang mati karena virus? 

Setelah melakukan apa yang disampaikan, saya menyikat kandang dengan pembersih lantai sampai bersih, serta mengisolasi ayam yang sakit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun