Lama, lama, lama, saya kok jadi memperhatikan banyaknya halaman yang dibuat oleh penulis lain, rata-rata hanya dua halaman saja. Apalagi kalau bentuknya artikel dari opini.
Kurang lebihnya saya pun terpengaruh. Saya juga merasa tertantang untuk melakukan hal yang sama. Bukan untuk ikut-ikutan. Tetapi karena menulis artikel lepas, lebih mudah dikembangkan dari banyak tema yang melintas di pikiran. Lebih kepada bentuk berbagi.
Untuk beberapa lama, saya pun larut. Saya terus saja menulis artikel dengan tema ringan.
Bila pagi datang, saya berpikir: akan menulis tentang apa hari ini?
Dan sebelum istirahat malam, saya pun bertanya, mau menulis apa untuk tayang esok?
Sepertinya saya sudah masuk zona aman dan nyaman.Â
Saya juga kemudian mulai memperhatikan, apakah saya mendapat label PILIHAN atau tidak. Yang dulunya saya tak terlalu menganggap.
Sekarang-sekarang  semangat menulis saya seperti dipecut. Walaupun hasilnya belum istimewa  setidaknya saya merasa bersyukur.
Sampai pada suatu malam, akibat terlalu banyak mengingat, saya pun mendapatkan mimpi dalam tidur.
Ketika saya terbangun dan sadar, saya jadi baper alias terbawa perasaan.
Dalam mimpi tersebut, seseorang menegur dan memarahi saya. Kenapa saya membiarkan laman fiksi saya berubah dan berbeda. Cerpen saya sekarang, kosong. Tidak seperti dulu yang dihiasi cerpen nan sentimentil.