Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Perlunya Menekan Ego dalam Cinta

2 Maret 2021   20:01 Diperbarui: 2 Maret 2021   20:15 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ego bisa dipahami sebagai rasa sadar akan diri sendiri, atau konsepsi individu tentang dirinya sendiri.

Seorang Sahabat, sebut saja Ibu Neni (41 tahun) menuturkan dirinya sempat merasa kecolongan dalam menghadapi sang suami.

Alkisah, beberapa tahun silam pasangan suami istri ini sering sekali terlibat pertengkaran.

Masalah yang diributkan biasanya hal-hal sepele tidak jauh dari ketersinggungan, cemburu, dan merasa tidak diperhatikan.

Di lain pihak, sang suami justru sering mengeluhkan perihal sang istri yang dikatakan terlalu menekan, cerewet dan tidak sabaran.

Tahun-tahun berlalu. Aroma pertengkaran tidak jauh-jauh dari biduk rumah tangga keduanya. Anak pertama mereka bahkan sudah bersiap masuk Sekolah Dasar. Namun hari-hari dalam perjalanan mereka masih saja diwarnai adu mulut dan saling sindir. Namun begitu, baik Ibu Neni maupun suaminya tak pernah mengajukan gugat cerai di pengadilan.

Kalau ditanyakan, apakah mereka menikah si usia muda sebelumnya? Jawabannya sama sekali tidak. Keduanya menikah pada usia cukup. Pak Rahmat 29 tahun dan Ibu Neni 27 tahun.

Apakah mereka sama-sama anak bungsu?

Justru mereka berdua sama-sama anak sulung di keluarganya.

Lalu apakah yang memicu pertengkaran di antara pasangan suami istri ini?

Ibu Neni baru-baru ini mengakui di hadapan anak-anaknya yang beranjak remaja, bahwa ia dulu tak pandai menekan dan mengelola ego dirinya. 

Ia menyesal, seharusnya dulu ia bisa mencegah disharmoni itu terjadi. Apalagi jika memikirkan perkataan tetangga, hari ini bertengkar, besok berpeluk lagi. Rasanya malu sekali.

Saat ini hubungan Ibu Neni dan suami, jauh lebih baik. Bukan saja lama tidak bertengkar, malah sangat mesra dan saling menghormati.

Anak sulung mereka bertanya, sebenarnya apa yang salah pada saat itu?

Dalam tulisan ini, saya sedikit membagikannya pada Anda.

1. Cemburu menguasai

Ibu Neni dan suaminya, saling mencemburui satu sama lain. Akibatnya di antara keduanya, mudah tersulut keributan.

Tidak ada yang pernah berkhianat, sebenarnya. Tetapi masing-masing merasa tidak yakin dicintai oleh pasangannya. Semacam keragu-raguan yang dipicu perbedaan persepsi pria dan wanita.

Jika Anda mau memperbaiki pandangan dan menjadi dewasa yang sebenarnya, jadikanlah cemburu hanya sebagai bumbu. Tidak untuk menguasai hati dan pikiran.

2. Pikiran yang selalu negatif

Rasa cemburu, dari hari ke hari bisa saja semakin bertambah kadarnya. Bukan hanya berwujud bahasa tubuh yang mengarah pada posesif, tetapi juga dilontarkan dalam bentuk tuduhan demi tuduhan. Inti dari hal ini adalah pikiran negatif terhadap pasangan. 

Kalau sudah begini, semakin jauh dari penyelesaian.

Maka belajarlah menemukan pikiran positif tentang pasangan dan atau orang lain. Minimal hidup Anda menjadi lebih tenang.

3. Sulitnya untuk bersikap sabar

Bagian penting dari pengendalian ego sebenarnya adalah sabar. Semakin sulit Anda mengelolanya, atau sangat menggebu untuk sebuah keinginan, akan semakin menyuburkan ego itu sendiri. Anda siap menyalip pasangan, untuk sampai kepada apa yang diinginkan. Maka alangkah baiknya untuk memperbaiki yaa...

4. Mau mendengarkan orang lain

Hidup berdua dalam satu biduk, mustahil akan sampai pada pulau harapan bila selalu dalam pertentangan. 

Tujuan dari belajar mendengarkan orang lain, adalah untuk berdamai terutama dengan diri sendiri. Setelah itu, Anda akan lebih mudah menerima keadaan pasangan, dan atau orang lain. Sejatinya, mau mendengarkan pendapat pasangan akan membuat Anda jauh lebih bahagia. Menarik, bukan?

5. Berpikir tentang akibat

Sudah seharusnya Anda berpikir terlebih dahulu mengenai dampak baik dan buruk jika anda melakukan apa saja. 

Poin ini mirip dengan bersabar, tetapi lebih mengedepankan keterampilan menganalisa.

Sedangkan jika Anda tidak bersikap sabar, artinya Anda juga tidak akan menimbang baik dan buruk, untung dan rugi dari apa yang dilakukan.

Kini seiring berjalannya waktu, cinta dan kesetiaan di hati keduanya semakin terpampang nyata. Satu sama lain berhasil membangun komunikasi yang baik, dan semakin merasa malu pada usia. Pada anak-anak juga.

Di atas semua itu, doa adalah senjata terbaik untuk mempertahankan cinta agar tetap teguh. Tak ada hal yang tidak mungkin, dan tidak ada hal yang sulit jika Anda mau berusaha.

Semoga pasangan muda dapat belajar menekan egonya dengan lebih mudah yaa. Sekian dan semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun