Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku dan Dia Tak Pantas Untukmu

17 November 2020   19:10 Diperbarui: 18 November 2020   03:07 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namaku Sukma. Berkulit putih, bertubuh mungil padat berisi, dan punya sepasang lesung pipi. 

Aku baru saja hadir di hatimu, mengisi hari-harimu, dan selalu di dekatmu.

Aku tak marah, saat kudengar kau sudah punya kekasih, lima tahun ini. Tapi aku sedikit cemburu, saat mereka juga bilang kau sayang padanya.

Nama wanita itu Ketut Hartini. Berkulit gelap, tubuhnya bongsor, dan beberapa tahun lebih tua darimu.

Suatu hari aku sengaja bertanya padamu, mengapa dulu kalian jadian. Mengapa kau memilih dia, sementara banyak gadis kau acuhkan.

Antara perasaan senang, dan juga ingin menangis. 

Senang karena tau kau tak jatuh cinta padanya, melainkan karena ingin menyenangkan hatinya.

"Dia yang merawat saya selama operasi ginjal, dia yang selalu datang dan menemani. Dia datang membawa makanan, dia menandatangani surat persetujuan, mengambil obat, sampai mengurus cuti saya si kantor..."

Ohh! Andaikan saja aku datang lebih awal dan menjadi malaikat tak bersayap-mu, akupun akan melakukan hal yang sama untuk mendapatkan perhatianmu. Bukan hanya itu. Cinta, tapi cinta tulusmu.

Aku memejam mata.  Aku menjadi yang kedua, apakah aku rela?

Atau aku akan meninggalkanmu saja, mencari hati yang lain yang tak berbagi.

Akhirnya aku benar-benar menangis.

Lelaki sepertimu tak salah. Engkau bukan petualang cinta yang sengaja melukai hati para gadis. Aku tau engkau adalah orang baik.

Aku meninggalkanmu, membiarkan seluruh dunia tau kau bukan pengkhianat. Bahkan Ketut pun tak tau kau pernah menghangatkan hari-hariku. 

Setahun berlalu, aku tetap terluka. 

Sebuah cinta yang kau titipkan, kini tersayat oleh rindu dan terlalu kehilanganmu. Tapi aku mencoba tegak berjalan. Menyusuri batas-batas sepi ditemani bayanganmu saja.

Entah aku merasa senang atau tidak. Kudengar Ketut meninggalkanmu. 

Wanita itu sadar ia tak bisa masuk dalam perbedaan kalian. Ia tak akan meninggalkan keluarganya untuk memenangkanmu. Ahh.

Kini engkau sendiri. Mungkin masih mengingatku, setiap lewat di jalan ini. Tapi kau tak perlu lagi mampir. Aku sudah tak merindukanmu.

*selesai

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun