Mohon tunggu...
Ayid Suyitno
Ayid Suyitno Mohon Tunggu... -

Lebih 100 media memuat tulisannya. Lebih 100 lainnya menjadi Donor Darah di PMI Kramat, Jakarta Pusat. Pernah menjadi guru dan dosen.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Menulis? Kenapa Tidak!

23 Januari 2015   14:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:32 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SUDAH berapa banyak orang yang menyatakan tentang pentingnya menulis. Namun, tetap saja, menulis belum menjadi habit pada banyak orang, terutama di negeri ini. Orang masih sering menganggap menulis adalah kerja yang aneh, tersendiri, harus punya bakat, berlandaskan banyaknya pengetahuan dan pengalaman, serta yang rajin membaca.

Padahal, sejatinya menulis punya arti banyak. Jangankan mereka yang punya profesi sebagai penulis seperti novelis, cerpenis, skenariowan/wati, juru tulis di kantor-kantor pemerintahan pemerintah dan swasta, dan banyak lagi profesi yang erat kaitannya dengan menulis. Orang yang mengaku dirinya biasa pun seharusnya bisa menulis, minimal membuat catatan yang seperti tulisan.

Kenapa demikian? Karena otak manusia memiliki keterbatasan. Ingatan selalu dibendung kelupaan. Dengan menulis -- membuat catatan tersebut -- tugas otak kita menjadi lebih ringan.

Karena catatan saat kita tulis tidak mungkin bohong. Misalnya harga beras waktu tahun sekian. Atau ongkos bus kota pada saat kita SMA atau kuliah. Jika kita ingin bercerita soal harga beras dan ongkos bus zaman kini dibandingkan zaman lalu ada data yang kongkret dan valid. Tidak perlu melihat google yang saat ini jadi trend setiap kali kita bicara sesuatu yang kita lupa atau tidak kita ketahui.

Aku ungkap dua hal yang penting kaitannya dengan menulis.

Pertama, seorang Rosihan Anwar. Wartawan yang dijuluki Ayatollah jurnalis Indonesia adalah orang yang termasuk paling detil dalam perkara data. Kenapa ia bisa seperti itu? Karena ia memang penulis paripurna. Tulisannya selalu dimulai dari catatan-catatan yang sepertinya ringan yang dimilikinya. Ternyata, menjadi catatan-catatan berat berupa opini di media massa.

Kedua, seorang politikus pemalas. Maaf, aku tidak sebut namanya, namun faktanya. Ia menuding seseorang dengan bersumpah melihat Si Anu melakukan ini dan itu. Nyatanya, saat didesak lebih jelas, di mana dan waktu-waktunya? Ia hanya bisa menyebut tempatnya. Namun, hari, tanggal, jamnya sama sekali tidak mampu dijawabnya dengan baik. Coba, kalau ia rajin menulis, dengan membuat catatan-catatan seperti Rosihan Anwar, orang pasti lebih yakin dengan kebenaran yang diucapkannya. Meski orang meyakini ia tidak mungkin mengungkapkan 'fakta gelap' orang lain berdasarkan intuisinya.

Nah, mari menulis!

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun