Mohon tunggu...
AYDINA MINERVA HUMAIRAH
AYDINA MINERVA HUMAIRAH Mohon Tunggu... Student of Tanjungpura University

Story Jounalling

Selanjutnya

Tutup

Trip

Melintasi Perbatasan : Satu Perjalanan Dua Tujuan, Melintasi Sarawak Malaysia

14 Maret 2025   14:25 Diperbarui: 21 Maret 2025   16:03 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lidwina  Leony merupakan seorang mahasiswi Fakultas Hukum, Universitas Tanjungpura Pontianak, angkatan 2022. Saat ini, ia sedang menempuh pendidikan di semester 6. Berasal dari Kabupaten Sanggau, Kecamatan Entikong, Kalimantan Barat, Lidwina kini tinggal di sebuah kos di Jalan Sepakat, Kecamatan Pontianak Tenggara. Di usianya yang ke 20, ia masih fokus pada studinya dan belum menikah maupun bekerja.

Selama tahun 2024 hingga 2025, Lidwina sudah dua kali mengunjungi Sarawak, Malaysia. Perjalanan pertamanya dilakukan bersama teman-teman seangkatan dari Fakultas Hukum pada akhir tahun 2024, sedangkan perjalanan kedua bersama keluarganya di awal tahun 2025. Kunjungan pertama dilakukan dalam rangka liburan semester sebelum pulang ke kampung halaman, sementara perjalanan kedua bertujuan untuk menemani kakeknya menjalani medical check-up sekaligus mengunjungi keluarga di Sarawak.

Perjalanan Pertama: Liburan Bersama Teman

Pada bulan Desember 2024, Lidwina dan 16 temannya berangkat ke Sarawak menggunakan bus pariwisata. Mereka berkumpul di Fakultas Hukum sebelum berangkat menuju PLBN Entikong. Sesudah menyelesaikan proses imigrasi, mereka tiba di Tebedu, Sarawak, Malaysia. Destinasi pertama yang mereka kunjungi adalah area kuliner di Tebedu, di mana mereka mencicipi berbagai makanan khas Malaysia dan berbelanja oleh-oleh. Perjalanan dilanjutkan ke Pasar Desa Semuntai untuk membeli jajanan dan produk lokal lainnya, termasuk roti canai dan es krim khas Malaysia. Sesudah puas berkeliling, mereka kembali ke PLBN Entikong dan pulang ke Pontianak.

Selain menikmati perjalanan bersama teman-temannya, Lidwina juga mengamati perbedaan budaya dan kebiasaan masyarakat di Sarawak. Ia menyadari bahwa kehidupan di sana cukup teratur dengan sistem transportasi yang baik dan kebersihan lingkungan yang terjaga. Ia juga memperhatikan bagaimana perbedaan dalam sistem perdagangan, di mana beberapa barang yang sulit ditemukan di Indonesia ternyata lebih mudah didapatkan di Malaysia. Meskipun perjalanan ini hanya berlangsung selama satu hari, pengalaman dan kenangan yang ia peroleh cukup berkesan.

Perjalanan Kedua: Perjalanan Keluarga

Pada 13 Januari 2025, Lidwina melakukan perjalanan ke Sarawak bersama keluarganya. Perjalanan ini berlangsung selama satu hari satu malam dengan menggunakan mobil pribadi. Ia berangkat bersama kakek, kakak, abang sepupu, dan keponakannya. Mereka tiba di PLBN Entikong pada pukul 08.00 pagi dan memasuki wilayah Malaysia sekitar pukul 10.00 waktu setempat. Setibanya di Kuching, mereka langsung menuju Kuching Specialist Hospital (KPJ) untuk pemeriksaan medis kakeknya.

Sesudah pemeriksaan selesai, mereka mengunjungi rumah keluarga di Kuching untuk beristirahat. Sore harinya, mereka menikmati suasana di Taman Darul Hana Musical Fountain sambil mencicipi jajanan khas Malaysia, lalu lanjut berjalan ke AEON Mall Kuching Central untuk makan malam dan berbelanja kebutuhan. Mereka membeli berbagai macam bahan makanan di Seven-Eleven, seperti makanan kaleng, roti, susu kaleng, selai, sayur, buah-buahan, dan berbagai minuman untuk stok selama di Kuching hingga mereka kembali ke Indonesia.

Keberadaan rumah keluarga di Kuching membuat perjalanan mereka lebih nyaman karena tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk penginapan. Hal ini juga menjadi salah satu keuntungan memiliki kerabat di luar negeri, karena selain dapat menghemat biaya, mereka juga bisa menikmati suasana yang lebih akrab dan kekeluargaan selama perjalanan.

Prosedur Imigrasi dan Dokumen yang Dibutuhkan

Untuk masuk ke Malaysia, setiap orang wajib memiliki paspor sebagai identitas dan bukti kewarganegaraan. Di perbatasan, mereka yang belum memiliki paspor harus mengurusnya terlebih dahulu di kantor imigrasi. Proses pembuatan paspor memerlukan beberapa dokumen, seperti KTP, Kartu Keluarga, dan akta kelahiran. Selain paspor, beberapa wisatawan juga menggunakan dokumen lain seperti kartu izin lintas batas (Border Pass), yang diperuntukkan bagi masyarakat yang tinggal di wilayah perbatasan.

Proses imigrasi di PLBN Entikong berjalan cukup tertib dan cepat, meskipun terkadang antrean cukup panjang terutama saat musim liburan. Pemeriksaan dilakukan secara ketat, termasuk pengecekan dokumen dan barang bawaan. Lidwina juga menyadari pentingnya mematuhi peraturan saat melintasi perbatasan, termasuk larangan membawa barang-barang tertentu yang tidak diizinkan.

Belanja dan Pengeluaran Selama di Sarawak

Lidwina dan keluarganya sering membeli berbagai makanan dan minuman khas Malaysia, seperti makanan kaleng, minuman kemasan, kornet, sayur, buah, permen, sirup, roti, selai, sosis, kecap, nugget, serta camilan populer seperti Apollo dan Milo Malaysia. Total pengeluaran selama perjalanan ini mencapai sekitar Rp 2.250.800, dengan biaya terbesar berasal dari makanan dan minuman.

Untuk pembelian perabotan, Lidwina mengeluarkan sekitar RM 50 atau setara dengan Rp 180.000. Pengeluaran untuk makanan dan minuman beragam, dengan total sebesar RM 153 atau sekitar Rp 550.800. Beberapa item yang dibeli meliputi minuman kalengan seharga RM 15 (Rp 54.000), roti tawar RM 5 (Rp 18.000), selai RM 6 (Rp 21.600), buah RM 8 (Rp 28.800), minuman kotak RM 10 (Rp 36.000), serta berbagai jenis camilan dan produk makanan lainnya seperti Apollo RM 15 (Rp 54.000), Milo RM 30 (Rp 108.000), susu kaleng RM 6 (Rp 21.600), oat RM 15 (Rp 54.000), ciki RM 10 (Rp 36.000), snack RM 5 (Rp 18.000), sosis RM 15 (Rp 54.000), kecap RM 3 (Rp 10.800), dan nugget RM 10 (Rp 36.000).

Selain barang dan makanan, pengeluaran lainnya adalah biaya transportasi pergi-pulang sebesar Rp 150.000. Selama di Sarawak, tidak ada biaya tambahan untuk kendaraan karena mereka menggunakan mobil pribadi. Biaya medis menjadi salah satu pengeluaran terbesar dalam perjalanan ini, mencapai Rp 420.000. Sementara itu, untuk belanja barang lainnya, Lidwina menghabiskan sekitar Rp 60.000, dan untuk belanja makanan serta minuman sebagai oleh-oleh atau persediaan di rumah, ia mengeluarkan Rp 900.000. Selain itu, ada juga pengeluaran kategori lain-lain yang tercatat sebesar Rp 150.000.

Pengalaman dan Pandangan Lidwina

Sebagai seseorang yang tinggal dekat dengan perbatasan, Lidwina cukup sering bepergian ke Sarawak. Baginya, perjalanan ini memberikan banyak pengalaman berharga, mulai dari memahami budaya berbeda, menikmati kuliner khas Malaysia, hingga menjelajahi tempat-tempat baru. Ia juga menyadari pentingnya akses ke fasilitas kesehatan yang lebih baik, yang dalam beberapa kasus lebih mudah ditemukan di luar negeri.

Dari sudut pandang akademik, sebagai mahasiswa hukum, perjalanan ini juga memberinya wawasan baru mengenai sistem hukum dan kebijakan perbatasan antara Indonesia dan Malaysia. Ia menjadi lebih memahami prosedur administrasi dan kebijakan imigrasi yang diterapkan di PLBN Entikong.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun