Untuk masuk ke Malaysia, setiap orang wajib memiliki paspor sebagai identitas dan bukti kewarganegaraan. Di perbatasan, mereka yang belum memiliki paspor harus mengurusnya terlebih dahulu di kantor imigrasi. Proses pembuatan paspor memerlukan beberapa dokumen, seperti KTP, Kartu Keluarga, dan akta kelahiran. Selain paspor, beberapa wisatawan juga menggunakan dokumen lain seperti kartu izin lintas batas (Border Pass), yang diperuntukkan bagi masyarakat yang tinggal di wilayah perbatasan.
Proses imigrasi di PLBN Entikong berjalan cukup tertib dan cepat, meskipun terkadang antrean cukup panjang terutama saat musim liburan. Pemeriksaan dilakukan secara ketat, termasuk pengecekan dokumen dan barang bawaan. Lidwina juga menyadari pentingnya mematuhi peraturan saat melintasi perbatasan, termasuk larangan membawa barang-barang tertentu yang tidak diizinkan.
Belanja dan Pengeluaran Selama di Sarawak
Lidwina dan keluarganya sering membeli berbagai makanan dan minuman khas Malaysia, seperti makanan kaleng, minuman kemasan, kornet, sayur, buah, permen, sirup, roti, selai, sosis, kecap, nugget, serta camilan populer seperti Apollo dan Milo Malaysia. Total pengeluaran selama perjalanan ini mencapai sekitar Rp 2.250.800, dengan biaya terbesar berasal dari makanan dan minuman.
Untuk pembelian perabotan, Lidwina mengeluarkan sekitar RM 50 atau setara dengan Rp 180.000. Pengeluaran untuk makanan dan minuman beragam, dengan total sebesar RM 153 atau sekitar Rp 550.800. Beberapa item yang dibeli meliputi minuman kalengan seharga RM 15 (Rp 54.000), roti tawar RM 5 (Rp 18.000), selai RM 6 (Rp 21.600), buah RM 8 (Rp 28.800), minuman kotak RM 10 (Rp 36.000), serta berbagai jenis camilan dan produk makanan lainnya seperti Apollo RM 15 (Rp 54.000), Milo RM 30 (Rp 108.000), susu kaleng RM 6 (Rp 21.600), oat RM 15 (Rp 54.000), ciki RM 10 (Rp 36.000), snack RM 5 (Rp 18.000), sosis RM 15 (Rp 54.000), kecap RM 3 (Rp 10.800), dan nugget RM 10 (Rp 36.000).
Selain barang dan makanan, pengeluaran lainnya adalah biaya transportasi pergi-pulang sebesar Rp 150.000. Selama di Sarawak, tidak ada biaya tambahan untuk kendaraan karena mereka menggunakan mobil pribadi. Biaya medis menjadi salah satu pengeluaran terbesar dalam perjalanan ini, mencapai Rp 420.000. Sementara itu, untuk belanja barang lainnya, Lidwina menghabiskan sekitar Rp 60.000, dan untuk belanja makanan serta minuman sebagai oleh-oleh atau persediaan di rumah, ia mengeluarkan Rp 900.000. Selain itu, ada juga pengeluaran kategori lain-lain yang tercatat sebesar Rp 150.000.
Pengalaman dan Pandangan Lidwina
Sebagai seseorang yang tinggal dekat dengan perbatasan, Lidwina cukup sering bepergian ke Sarawak. Baginya, perjalanan ini memberikan banyak pengalaman berharga, mulai dari memahami budaya berbeda, menikmati kuliner khas Malaysia, hingga menjelajahi tempat-tempat baru. Ia juga menyadari pentingnya akses ke fasilitas kesehatan yang lebih baik, yang dalam beberapa kasus lebih mudah ditemukan di luar negeri.
Dari sudut pandang akademik, sebagai mahasiswa hukum, perjalanan ini juga memberinya wawasan baru mengenai sistem hukum dan kebijakan perbatasan antara Indonesia dan Malaysia. Ia menjadi lebih memahami prosedur administrasi dan kebijakan imigrasi yang diterapkan di PLBN Entikong.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI