Mohon tunggu...
Ayu Rurisa
Ayu Rurisa Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswi Teknik Mekanika

Environtmentalist

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bedah Novel Perahu Kertas karya Dee Lestari

24 Februari 2018   20:28 Diperbarui: 12 September 2020   08:16 7259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akan tetapi, ada juga beberapa scene dimana alur dalam cerita mundur, alur mundur yang dicantumkan disini adalah bayangan tokoh utama tentang kejadian yang pernah dilaluinya, tidak lebih hanya sebagai penjelas dari pertanyaan "Ada hubungan apakah tokoh ini dengan tokoh itu di masa lampau?" agar konflik yang ada dalam cerita tidak terlalu abu-abu.

"Sesuatu seolah membuncah ingin keluar dari dadanya, Lena nyaris tak bisa berdiri dan berucap, tapi ia pun tahu kesempatan ini mungkin tak akan ada lagi. Ia harus bicara. "Aku harus meninggalkan kamu waktu itu. Aku tidak mungkin mengorbankan Keenan dalam perutku. Dan keputusanku bukan karena Adri ... bukan karena hatiku yang memilih dia ... tapi karena kandunganku ...." (halaman pdf 299).

Orang Ketiga merupakan sudut pandang yang dipakai dalam penyajian ceritanya. Dengan sudut pandang ini, saat membacanya bayangan film dari cerita akan muncul seakan pembaca sedang menontonya dalam bioskop, cerita yang terus mengalir setiap katanya. Novel ini lebih banyak menghadirkan dialog-dialog antar tokoh dalam penuturannya.

"Kakinya melangkah besar-besar, matanya terus menekuni aspal. "Kalau nggak begini, kamu akan terjebak terus, Kugy". Seperti merapal mantra, Kugy mengulang-ulang kalimat itu dalam hatinya." (halaman pdf 96).

Seperti yang sudah diuraikan diawal bahwa novel ini mirip dengan chicklit atau teenlit, maka dari itu gaya bahasapun juga akan mirip dengan bahasa sehari-hari. Pilihan kata dan kalimatnya pun juga tidak terlalu istimewa. Puitis yang standard menjadikan pembaca tidak terlalu berat dalam mencernanya. Hampir sebagian besar cerita dari novel ini dibangun dari dialog-dialog antar tokoh daripada penjelasan yang diberikan oleh orang ketiga. Dan gaya bahasa yang dialog tersebut adalah "bahasa anak kampus", semacam "lo" dan "gue". Dan karena gaya bahasa yang seperti inilah novel ini terasa lebih ringan dan cocok untuk dibaca oleh remaja. Meski begitu, kalimat motivasi yang dihasilkan tetap terdengar bijak.

"...terkadang kita harus menjadi sesuatu yang bukan diri kita dulu untuk kemudian menjadi diri kita yang asli. Berputar menjadi sesuatu yang bukan kita, demi bisa menjadi diri kita lagi."(halaman pdf 87).


Gabungan dari keseluruhan unsur intrinsik diatas, yang disajikan dengan selera humor yang renyah, memberikan penggambaran akan intuisi, emosi, dan rasio hingga ketulusan seolah bermain-main dengan lincah. Membuat tokoh dalam cerita ini begitu berkarakter. Dewi Lestari selalu memberikan bobot dalam novelnya dengan hal-hal yang mendetil dan dipikirkan dengan matang sehingga nggak sekedar novel bergenre populer. Dee berhasil meramunya menjadi novel yang cukup menyenangkan meski dengan ending yang tekesan dipaksakan.

Jika diamati lebih detail, dari mulai tema, gaya bahasa, dan penokohan dalam novel ini, kita dapat menarik benang merah adanya keterikatan lingkungan sosial pengarang dengan cerita yang dibuatnya. Dewi Lestari, sang pengarang novel, terlahir sebagai anak keempat dari lima bersaudara dari pasangan Yohan Simangunsong dan Turlan br Siagian, tak ubahnya seperti tokoh Kugy dalam novel ini. Mungkin karena itu, Dewi dapat menggambarkan dengan lihai keadaan rumah dengan penghuni yang banyak.

"Pada Minggu siang itu, seluruh anggota keluarganya komplet berkumpul di ruang teve. Keriuhan dan lemparan celetukan menjadi ciri khas setiap kali "The K Family" berkumpul.

 "Jadi, semester depan kamu tinggal skripsi, Gy?" tanya kakak perempuannya, Karin.

"Yup!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun