Mohon tunggu...
Ayatullah Nurjati
Ayatullah Nurjati Mohon Tunggu... Guru - penikmat seni, pencinta Aquscape, Penggiat Teater, Penikmat musik Dangdut, Pemancing Amatir

Pernah ngeleseh selama 3 tahun di Jogja, penikmat dan pengamat seni. Pernah Bergiat di teater Plonk STIBA Jakarta Internasional, dan tutor sastra pada Forum Lingkar Filsafat dan Sastra KOPLIK Ciputat, Pernah bergiat di berbagai LSM. Pernah menjabat menjadi Ketua Senat ABA YPKK-STBA Technocrat 2001-02 dan pernah pula menjabat sebagai pimpred Communicado Press (sebuah wadah penulis muda). Aktif menulis di berbagai surat kabar terkemuka di Jakarta dan daerah. Pernah menjadi Ketua wadah Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris SMK Jakarta Barat 2. Pernah mengajar terbang di Beberapa Kampus Terkemuka di Jakarta. Saat ini menjadi tenaga pengajar di SMK Negeri di Bilangan Jakarta Barat. Sedang menulis sebuah kumpulan cerpen (berujung besi) dan menyelesaikan Novelnya yang berjudul Cinta Cyber--Sastra

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Filosofi Kopi Nusantara

11 Januari 2023   09:26 Diperbarui: 11 Januari 2023   09:45 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ada pergumulan dan perbincangan hangat diantara para penikmat Kopi

Inilah landasan dan fakta filosofis mengapa kopi berwarna hitam

Di Negaraku, Indonesia yanga faktanya merupakan Negara kedua terbesar dunia penghasil biji kopi

Akan tetapi mengapa ada startifikasi dan berbagai kelas untuk menikmatinya, Mengapa selalu saja ada monopoli dari dulu hingga sekarang. 

Syair ini tidak hendak berpromosi akan tetapi inilah fakta yang ada

Bahan dasar tetaplah bahan dasar. Adapun pengembangan hanyalah ide yang kemudian booming sampai saat ini

Robusta dibawa oleh bangsa penghisap ke negaraku dari Kongo, Negara asal benua Hitam kemudian dibudidayakan disini sampai saat ini—pun sulit didapati biji kopi pilihan yang layak dikonsumsi oleh para kelas bawah

Arabika terlebih lagi tetap, dibawa oleh bangsa yang menghisap kekayakanku lebih dari 3,5 Abad. Tanaman itu tumbuh subur di negaraku. Hanya itulah yang mereka tinggalkan bersama teman sejatinya yakni Teh yang kulihat karena pandangku nanar melihat logika yang lain, dan terkadang kombinasi ini pula menyebabkan difusi dan akulturasi kenikmatan di dunia perkopian

Kopi tetaplah kopi tidak akan pernah berubah menjadi Air putih

Kalaupun berubah dia tetaplah pekat rasanya jikalau menikah dan bersanding dengan susu yang berwana putih layaknya aku dan Engkau

Atau juga sedikit berselingkuh dengan Karamel yang berwarna coklat tetaplah dia menjadi hitam pucat  layaknya aku hitam memandang dunia, walaupun terkadang aku sulit memilih warna hitam terang dan gelap tetapi hitam sulit sekali dirubah oleh warna lain karena sifat dasarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun