Saat-saat begini Surakyat mengkhayal, coba kalau dia menjadi bintang di sebuah acara reality show, semacam acara eksperimen sosial. Seorang kaya berpura-pura butuh pertolongan dan tak satu pun orang mau menolong. Sampai ia bertemu dengan Surakyat. Surakyat tanpa berprasangka memberi uang yang memang cuma sebegitu jumlah uangnya. Tapi kemudian Surakyat terkejut, karena orang kaya itu kembali dan memberi hadiah uang puluhan juta karena melihat keikhlasan Surakyat.
Tak apa nanti Surakyat harus berakting pura-pura, menangis terharu memeluk orang kaya itu. Akting sujud syukur? Tak masalah.
Namun, kenyataan yang terjadi Surakyat hanya melihat kejadian itu di YouTube, dengan tokoh orang lain.
Surakyat mulai berpikir, melihat motornya. Paling kenceng motornya terjual tujuh juta rupiah. Bisalah sesak dadanya sedikit teratasi. Uang kuliah Gendhuk, keperluan awal kuliah, uang kos, dan kebutuhan makannya. Tapi bagaimana nanti untuk makan sehari-hari di rumah? Tidak! Surakyat mengurungkan niatnya.
Kegelisahan Surakyat rupanya dilihat tetangga sebelah rumahnya, sebut saja X-2. Tadinya Surakyat enggan untuk bercerita, tapi setelah didesak mau juga Surakyat bercerita. Jangan bilang-bilang ke tetangga yang lain, nggak enak. Surakyat mewanti-wanti.
Tapi X-2 bercerita kepada tetangganya. Jangan bilang-bilang ke tetangga yang lain, nggak enak, pesan X-2 menekankan. Tapi tetangganya ini bercerita kepada tetangganya yang berjarak dua rumah dari rumahnya, namanya X. Jangan bilang-bilang! Masih sama pesannya di akhir cerita.
X ini adalah tetanggaku. Dia bercerita kepadaku. Dan kini aku bercerita khusus kepadamu. Jangan bilang siapa-siapa, ya?
***
Lebakwana, Juli 2025
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI