Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Mudik, Perantau Lansia, dan Kampung Halaman yang Hilang

23 April 2024   20:13 Diperbarui: 24 April 2024   18:31 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu sudut Pelabuhan Merak. (Dokumentasi pribadi)

Suasana di dek kapal.(Dokumentasi pribadi)
Suasana di dek kapal.(Dokumentasi pribadi)

Kami -- saya, istri, anak, menantu, dan seorang cucu -- memesan tiket untuk keberangkatan pada Minggu malam (7 April), tapi ternyata tiket habis. Akhirnya mendapat tiket keberangkatan tanggal 9 April (pk. 00.00). Namun kami nekat berspekulasi mempercepat keberangkatan pada hari Senin sesudah Dzuhur (8 April).

Ndhilalah, lancar jaya. Kami bisa langsung masuk halaman parkir Pelabuhan Merak. Menunggu tak berapa lama kami sudah masuk kapal. Sekitar dua jam kapal sudah mendekati perairan Pelabuhan Bakauheni. Tapi kapal tetap terapung-apung hingga dua jam lagi, menunggu antrean dengan kapal lain untuk sandar di pelabuhan.

Senja jatuh di Selat Sunda.(Dokumentasi pribadi)
Senja jatuh di Selat Sunda.(Dokumentasi pribadi)

Keluar dari pelabuhan kami menyusuri jalan tol. Keluar di Pintu Tol Kota Baru. Sekitar jam 21.00 kami tiba di Pringsewu.

Sempat menjalani puasa pada hari akhir Ramadan. Pada hari Rabu kami sekeluarga melakukan salat Idulfitri di halaman Pendopo Kecamatan Pringsewu.

Suasana menjelang salat Id di halaman Pendopo Kecamatan Pringsewu. (Dokumentasi pribadi)
Suasana menjelang salat Id di halaman Pendopo Kecamatan Pringsewu. (Dokumentasi pribadi)
Selesai salat ied, seperti biasa layaknya suasana lebaran, kami pun bermaaf-maafan kepada sanak-saudara.

Saling tukar cerita. Dan cerita sesama lansia bukan lagi cerita tentang kesuksesan di rantau. Cerita soal menantu, tentu. Cerita tentang cucu, pasti.

Cerita lansia adalah cerita tentang sudah berapa penyakit yang menyapa tubuh. Asam lambung, darah tinggi, diabetes, asam urat, jantung, katarak. Batuk, pilek, gatal-gatal, persendian ngilu, sering lupa menaruh sesuatu, tidak masuk hitungan. Akhir cerita dibumbui dengan tertawa.

Dan Kota Pringsewu. Saya melihat kota kelahiran saya ini seperti menjadi tempat yang asing. Saya tidak melihat lagi halaman-halaman rumah tempat saya dulu bermain kelereng. Bermain bola menggunakan bola dari kertas dan plastik-plastik yang digulung. Bermain tembak-tembakan dengan senapan kayu. Rumah-rumah kini halamannya dibatasi dengan pagar-pagar. Seperti rumah di kota-kota.

Kali tempat saya mandi-mandi dulu sudah kering. Bau!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun