Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Obituari Pendekar Kayu Harum

30 Januari 2021   09:18 Diperbarui: 30 Januari 2021   09:32 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: Idntimes.com 

Bagaimana menyarungkan pedang, yang terhimpit dalam genangan batu. Sementara air mata, luka yang masih basah, mengejar menuntut balas 

Nama-nama yang takpernah kembali 

Kitab jurus sakti dibaca puji, peta harta karun tersimpan di goa empat musim  ( demikianlah, dikisahkan pula pengikut setia dan sebarisan pengkhianat ) 

Kemudian senja itu datang juga, rapuh. Pertapaan yang beku 

Sekumpulan merpati siap kepakkan sayap. Tapi akhirnya burung gagak juga yang memecahkan kabar

Pendekar kayu harum, siang ini 

***

Cilegon, 27 Januari 2008 - Lebakwana, Januari 2021 

Catatan. 

Frasa "Pendekar Kayu Harum", saya mencontohnya dari cerita silat karangan Kho Ping Ho, Pedang Kayu Harum. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun