"Ya," Rin menjawab pelan, tak yakin.Â
***
Rin masih menatap cermin.Â
Ia ingat beberapa minggu yang lalu, bertengkar dengan ayahnya. Ia bersikeras ingin melanjutkan ke  SMK. Ia tak ingin kawin muda seperti kakaknya. Tapi ayahnya keberatan. Ia berharap dapat dorongan dari ibunya, tapi ibunya hanya menangis.Â
Diam-diam Rin mendaftar sendiri, dan ternyata ia diterima. Rin merasa bersalah saat ia memberi tahu kepada ayahnya. Ayahnya tidak marah, tapi terlihat tubuhnya tergetar, seperti menahan-nahan untuk mengucapkan sesuatu. Tampak mata ayahnya berkaca-kaca.Â
Rin tak tega.Â
***
Rin masih melihat seragamnya di depan cermin. Suara-suara di luar tak terdengar lagi. Mungkin mereka sudah sampai di sekolah.Â
Rin belum berangkat.Â
Di atas meja belajarnya dulu ia melihat fotonya bertiga bersama Bening dan Rury; ia di tengah. Baru ia tersadar, cuma dirinya yang tak tersenyum. Tatapannya kosong.Â
Mm, Rin mengenang dua sahabatnya itu. Sedang apa mereka kini?Â