Mohon tunggu...
MIFTAHUDIN
MIFTAHUDIN Mohon Tunggu... Guru - Berusaha menjadi lebih baik

Guru ganteng yang murah senyum dan suka belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menulis 500 Kata

4 April 2020   13:48 Diperbarui: 9 April 2021   11:29 3615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menulis 500 kata, mudah atau susah? (sumber: pexels)

Menulis itu susah, Bener. Menulis itu mudah, bener. Ko bener semua? Sebenarnya menulis itu susah apa mudah sih? Yang paling bener, menulis itu mudah.

Setiap orang pasti bisa menulis. Apalagi sekarang banyak aplikasi untuk mempermudah menulis, tinggal ngomong, maka akan menjadi sebuah tulisan.

Mudahnya menulis semudah kita ngomong. Buktinya setiap orang bisa menulis status, baik di FB, WA, IG dan lain sebagainya. Ada yang bisa menulis banyak, berlembar-lembar, beribu-ribu kata, sampai berbusa-busa bahkan sampai kriting jarinya. Ada juga yang cuma bisa menulis satu kalimat, satu paragraf, tiga paragraf tak sampai 150 kata.

Menulislah mulai dari apa yang kita lihat. Melihat benda mati atau benda hidup. Menulis lah dengan penuh perasaan. Lagi marah, tulis saja kemarahanmu. Lagi senang, tulis saja kesenanganmu. Lagi sedih, tulis saja kesedihanmu. Apapun perasaanmu, tumpahkan dalam bentuk tulisan.

Menulis BPJS tidak turun, tidak dapat gratis listrik, tidak dapat PKH, dan lain sebagainya. Tumpahkan rasa kekecewaanmu. Sampaikan kritikmu. Entah ada yang membaca atau tidak.

Menulislah seperti air yang mengalir. Mainkan jari jemarimu, tal tul tal tul, ketik semua, biarkan mengalir. Tak usah kau hiraukan aturan. Terjang saja. Yang penting nulis.

Menulislah, jangan takut salah, jangan takut dibully, jangan takut kepada siapapun. Biarkan orang lain berkomentar tentang tulisanmu. Karena mereka belum tentu bisa seperti kamu. Kecuali omongannya mereka tulis, baru bisa kaya kamu. Hahaha

Menulis itu anugerah. Menulis itu karunia. Tidak semua orang akan mendapatkan anugrah dan karunia baik dari orang atau Tuhan Yang Maha Esa.

Menulis itu seperti kita mendapat hidayah. Tidak semua orang mendapat hidayah, bukan? Manfaatkan karunia dan hidayah itu sebaik mungkin. Maka, kadang hidayah harus kita jemput dengan cara dipaksa.

Menulis itu bagai mata pisau yang tumpul. Agar mata pisau bisa tajam bisa digunakan, maka harus diasah. Begitupun juga menulis, harus diasah, harus dilatih, harus terus menerus menulis. Lama lama tulisan kita akan semakin baik, semakin tajam, semakin enak dibaca.

Menulislah, dengan menulis itu artinya kita sedang mengikat ilmu pengetahuan yang didapatkan. Sering kita lupa atau kehilangan atas sebuah ilmu, maka salah satu menjaganya adalah dengan menulianya kembali.

Para santri, selalu dianjurkan oleh pak kyai untuk selalu membawa pena dan secarik kertas yang diselipkan dalam sakunya. Apa tujuannya? Agar setiap ada ilmu baru, maka dengan segera si santri menulisnya, agar tidak lupa, atau tertinggal dijalan.

Seorang anak kecil, ketika disuruh ibunya membelikan sesuatu dengan tiga jenis macam, kalau hanya di ucapkan saja, maka si anak kecil tadi bisa-bisa pulang membawa tiga jenis yang berbeda dengan yang dimaksud, atau bahkan bisa saja si anak kecil tadi pulang kembali tanpa membawa apa-apa, itu karena lupa ditengah jalan, maka menulislah, dituliskan dalam selembar kertas, itu cara yang bijaksana.

Ketika kita mengikuti pembelajaran online, kita disuruh untuk menyimak dengan seksama, focus dan focus. Untuk beberapa saat mungkin kita masih bisa mengingat pembelajaran online tadi. Tapi besoknya apakah masih ingat? Besoknya lagi dan besoknya lagi? Maka, si pemateri pasti mewajibkan peserta pembelajaran online untuk menulisnya. Baik menulis keseluruhan atau hanya sekedar resume. Dengan begitu maka hasil pembelajaran tidak akan hilang.

Kita tentu maklum, dulu pada zaman Nabi, al qur'an hanya mengandalkan hafalan seseorang (sahabat), ketika para penghafal al qur'an banyak yang gugur, maka bisa bisa saja al qur'an hilang, oleh karenanya, al qur'an harus ditulis harus dibukukan.

Menulislah, karena menulis itu sebagai obat kepikunan, kata bu dhe Tjip. Pak dhe Bu dhe Tjip ini beliau selalu aktif menulis, walau diusia yang sudah tidak tua lagi. Kata pak kyai juga begitu.

Menulislah, jadikan menulis sebagai hobi, kebutuhan, kewajiban. Jangan khawatir, menulis juga bisa dijadikan sebuah profesi. Maka otomatis kita akan mendapat selain manfaat menulis itu sendiri, juga bisa mendatangkan pundi-pundi dollar.

Akhir dari ini semua adalah menulis dengan 500 kata. Tantangan terpecahkan. Tak terasa sudah 600 kata yang audah saya tulis, semakin saya menulia maka semakin banyak. Lalu kapan saya berhentinya? Hahaha

Kalau ada yang dalam hatinya berkata "saya kalau nulis tidak melihat jumlah katanya, tapi mengalir saja". Silahkan sertakan di kolom komentar yah. Sekalian vote, follow and share. Ok

Predikat penulis 150 kata detik ini sementara off dulu sahabat. Gampang besoknya lagi predikat itu akan saya sandang kembali.

Baca Juga: Dua Kegiatan yang Saya Lakukan Saat Sulit Menemukan Inspirasi Menulis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun