Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Anak-Anak Bulan

24 September 2025   06:34 Diperbarui: 24 September 2025   06:34 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dokumen yang kami tandatangani telah menjelaskan tentang ancaman tersebut, memberikan diagram bagaimana hal itu bisa terjadi pada siapa pun. Bagaimana ruang angkasa tidak benar-benar hampa. Betapa pentingnya atmosfer kecil pribadi kita selama tiga puluh menit berjalan kaki di area yang ditentukan.

Saat aku mengingat kembali Surya sesaat setelah kejadian itu terjadi, itu bukan karena aku merasa ada sesuatu yang salah. Itu karena aku telah berjalan sepuluh langkah yang diperlukan, untuk mendapatkan foto dirinya dengan Bumi, tidak hanya sebagai latar belakang, tetapi juga dalam genggaman tangannya. Memang perlu beberapa kali percobaan, tapi kami punya waktu tiga puluh menit untuk melakukannya dengan benar.

Kami pikir kami punya waktu tiga puluh menit.

Ketika aku berbalik kembali melihat ke Surya, dadanya persis seperti saus tomat yang baru menetes dari burger karena ceroboh ke kemeja terbaiknya. Tangannya terentang ke samping, telapak tangan ke dalam, jari-jarinya yang bersarung tangan putih terentang karena terkejut.

Dan aku tahu.

Kami memasang tambalan di telapak tangan kami untuk ini, seperti yang kami lihat video pelatihan.

Aku melompat ke arahnya. Itu adalah kata yang tepat untuk menggambarkan cara kamu menolong abangmu dalam gravitasi seperenam bumi, ketika baju astronotnya bocor.

"Di mana, di mana, di mana?" Aku berteriak ke helmku, ke telinganya.

Kamu tidak dapat melihat lubang jarum saat sedang panik. Aku menggosok kedua tanganku dengan gerakan memutar sampai telapak tanganku memanas, lalu aku membanting keduanya ke dadanya.

Tambalannya terbuka, mencengkeram begitu erat hingga menarik kulit terluar baaju itu ke dalam. Tepat di atas tempat kedua ibu jariku membentuk menara, aliran kecil darah yang sudah membeku keluar, menunggang atmosfer yang tertekan dan kini menghilang dari pakaian itu.

Pelatihannya adalah tentang menyegel baju itu, menyegel lubang itu. Belum ada informasi apa pun mengenai dampak setitik debu yang dapat menembus pakaian terhadap tulang dada, atau segala sesuatu di balik dinding tulang itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun