Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Langkah yang Salah

23 September 2025   16:16 Diperbarui: 23 September 2025   15:05 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Ini mungkin tulisan terakhirku.

Begini, aku 89 tahun dan menderita demensia. Alzheimer.

Siapa sangka?

Aku tahu duniaku terus menyempit. Sekarang aku hanya bisa menatap. Oh ya, dan hampir setiap hari, aku pergi ke supermarket dengan langkah gontai. Aku pergi bahkan meski aku tidak butuh apapun.

Aku suka supermarket, dan aku suka rute yang kuambil. Aku berjalan tertatih-tatih di sepanjang tebing dan suka melihat ke bawah, dan aku bergidik takut. Seperti bagaimana perasaanku saat kecil dulu tentang roller coaster.

Nah, aku pergi ke supermarket hari ini dan mengalami salah satu serangan lupa.

Aku bingung.

Aku tidak tahu di mana aku berada. Jadi aku berjingkat-jingkat dan di belakang supermarket, aku melihat dua pintu lebar. Aku masuk dan tiga pria hijau kecil menangkapku dan berkata mereka akan memakanku.

Entah bagaimana, aku tidak peduli, mungkin karena aku sangat bingung, mungkin karena hidupku sudah berakhir. Maksudku, apa yang harus kuharapkan: lebih sering linglung, kanker, atau semacamnya?

Jadi aku lemas tak berdaya. Kurasa seperti tikus yang lemas tak berdaya untuk menghindari predator. Pria-pria hijau kecil itu mengangkat bahu dan membiarkanku pergi.

Aku kembali ke supermarket dan merasa lega masih hidup. Jadi aku menghampiri setiap wanita dan menciumnya. Tentu saja salah satu dari mereka berlari ke satpam yang mengantarku keluar dan berkata, "Kamu dilarang masuk ke supermarket, selamanya."

Jadi aku kembali menyusuri tebing dan berhenti di tempat dengan turunan paling curam. Aku melangkah ke arahnya, hampir mencapai tepi tebing. Aku tak tahu apakah harus turun atau tidak. Aku sungguh tak tahu.

Jadi aku mengeluarkan ponselku dan memutuskan untuk menulis ini untuk kamu selagi aku masih bisa memutuskan.

Jawa Barat, 23 September 2025

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun