Kolya mendengus, menatap tinjunya. Mungkin ingin memukul sesuatu. Mungkin aku.Â
Akhirnya dia meregangkan jari jemarinya sambil berbisik, "Bapak tahu sepatu dia tidak cocok untukku."
Mereka saling berpandangan. Dua orang pemarah yang ingin berdamai tetapi tidak tahu caranya.
Bapak menyuruhnya duduk. Kolya menjatuhkan tas ranselnya dan duduk, tetapi hanya setelah dia menggeser kursi jauh dari kursi Bapak. Aku meletakkan kotak plastik makanan untuk dibawa di depannya, menjadikannya pesanan makanan untuk di santap ke tempat.
Aku menertawakan leluconku dalam hati. Kolya menatapku dengan tatapan belati dan aku mengatupkan bibirku erat-erat.
Begitulah keadaan rumah ini sejak ibu kami meninggal. Dapur kami dipanaskan hingga nyaman. Kami sarapan dalam diam tapi kami tetap bersama.
Di luar matahari sebentuk bola cerah berwarna kuning musim hujan yang memancarkan cahaya riang ke lantai dapur dan meja makan.
Tepat di balik kaca tipis halus yang memisahkan bagian dalam rumah dan luar, aku hampir bisa mendengar bunyi tetesan air sisa hujan semalam.
Cikarang, 1 Juli 2024
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI