Kami tidak memiliki kotak barang hilang di gudang atau di mana pun.
"Kembalikan. Aku pergi. Bapak tidak bisa melarangku."
"Itu pintunya."
Kami semua melihat ke luar melalui pintu belakang yang tidak bertirai. Cahaya yang menyilaukan terurai dari bulir embun pagi sangat tajam.
Setelah ibu kami meninggal, Bapakku menurunkan semua tirai jendela, seolah-olah dia ingin sinar matahari menghilangkan kesuraman yang kami rasakan karena ketidakhadiran ibu kami.
"Kamu bisa pakai punyaku," kataku sambil membalik  dadar di wajan.
Bapak membusungkan dada dan menyilangkan tangan di perut. Senyum polos tersungging di wajahnya.
"Itu dia," katanya. "Masalah selesai. Pinjam saja punya adikmu."
Kolya berkacak pinggang. "Aku benar-benar akan pergi kali ini."
"Kalau begitu, kamu tidak boleh meminjam sepatuku," kataku. "Aku kan pakai ke sekolah."
"Lakukan apa yang kamu mau," kata Bapak. "Pinjam sepatu dan pergilah. Hari ini dingin. Semoga kamu tahu di mana mantel hujan kamu berada."