Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hari-Hari Ini

7 Oktober 2025   08:08 Diperbarui: 7 Oktober 2025   08:05 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Kami tidak memiliki kotak barang hilang di gudang atau di mana pun.

"Kembalikan. Aku pergi. Bapak tidak bisa melarangku."

"Itu pintunya."

Kami semua melihat ke luar melalui pintu belakang yang tidak bertirai. Cahaya yang menyilaukan terurai dari bulir embun pagi sangat tajam.

Setelah ibu kami meninggal, Bapakku menurunkan semua tirai jendela, seolah-olah dia ingin sinar matahari menghilangkan kesuraman yang kami rasakan karena ketidakhadiran ibu kami.

"Kamu bisa pakai punyaku," kataku sambil membalik  dadar di wajan.

Bapak membusungkan dada dan menyilangkan tangan di perut. Senyum polos tersungging di wajahnya.

"Itu dia," katanya. "Masalah selesai. Pinjam saja punya adikmu."

Kolya berkacak pinggang. "Aku benar-benar akan pergi kali ini."

"Kalau begitu, kamu tidak boleh meminjam sepatuku," kataku. "Aku kan pakai ke sekolah."

"Lakukan apa yang kamu mau," kata Bapak. "Pinjam sepatu dan pergilah. Hari ini dingin. Semoga kamu tahu di mana mantel hujan kamu berada."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun