"Sihir?" Kintami memakai sandal dan berdiri. Saat telapak kakinya bersentuhan penuh dengan alas kaki itu, rasa percaya diri melonjak dari jari kaki hingga ke ubun-ubun. Tulang punggungnya tegak. Sesuatu atau seseorang, ramping dan kuat, membentang di dalam jiwanya. Cahaya hangat memenuhi semangatnya. Dia merasa dirinya adalah ... Cleopatra.
Kintami mengibaskan rambutnya, membuat Loehoe tersenyum centil.
Loehoe mendekat. Sepatu lama Kintami di tangannya.
Kintami tidak takut lagi dengan perceraian.
Mungkinkah karena sandal ajaib?
"Berapa harga sandalnya?"
Loehoe mencondongkan kepalanya ke arah sandal di kaki Kintami. "Sandal Cleopatra, menurutmu berapa nilainya?"
"Apa?" Dia memeriksa sandal buatan tangan yang dihiasi logam mulia. "Itu sangat berharga."
"Memang tak ternilai harganya," Loehoe mengangguk, "tapi alas kaki memang dimaksudkan untuk dipakai."
Kintami terduduk di bangku, melepas alas kaki. Air matanya mengalir seiring dengan perasaan hampa menyesak di dada.
"Mengapa menunjukkannya pada saya?"