Ketika mereka memberitahunya bahwa dia akan hidup kembali, dia mempercayai mereka. Dia sudah bisa merasakan bayangan inderanya menajam, keabu-abuan mulai fokus. Hanya saja dia tidak mengenali pria yang menuntunnya.
Aku Eurydice, pikirnya, tapi siapa dia?
Mereka mengatakan dia adalah suaminya, yang mencintainya dan berani mati demi dia. Mereka bilang dia sangat mencintainya, di atas segalanya. Mereka bilang semuanya akan kembali padanya. Tapi tidak ada yang benar-benar tahu. Hal ini belum pernah terjadi sebelumnya.
Dia pasti tidak pernah tahu, putusnya. Betapa patah hati yang akan dia rasakan, orang asing yang malang, jika dia mengetahui wanita yang telah dia pertaruhkan untuk diselamatkan sudah tidak ada lagi.
Dia akan mendengarkan baik-baik semua yang pria itu katakan, semua yang dia nyanyikan. Dia akan menggali kata-katanya sebagai petunjuk, dan mengubahnya menjadi prakira ingatan. Dia akan memberi tahu pria itu bahwa ada beberapa bagian dalam ingatannya, tetapi bukan bahwa masa lalu mereka bersama adalah sebuah kehampaan.
Dia akan berperan sebagai Eurydice yang lama dengan sangat baik sehingga pria itu tidak akan pernah tahu bedanya. Dia akan memeluknya seolah-olah dia masih cukup mengenalnya untuk mencintai. Dia tidak akan pernah tergelincir, tidak pernah lengah....
Saat pria itu berbalik dan perasaannya mulai kembali kelabu, dia diliputi perasaan lega. Dia hanya melihat pria itu sebentar---tidak cukup lama untuk mengetahui apakah dia mengenali wajah pria yang disebut sebagai suaminya.
Cikarang, 18 Desember 2023
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI