"Mulai dari awal lagi," pikir Leo ketika dia menginjakkan kaki di sekolah, untuk pertama kalinya tidak tahu berapa lama dia akan hadir.
Dia bolos lebih banyak di tahun lalu daripada lilin di kue ulang tahun terakhirnya.
Leo bukan anak bandel, meski beberapa orang mengatakan sebaliknya. Dia memiliki moral yang tinggi dan cepat menentukan sikap untuk berpihak pada yang benar. Namun, kadang-kadang prinsipnya itu menimbulkan masalah.
Minggu itu bahkan belum berlalu setengahnya ketika dia mendapati dirinya berada di tengah-tengah tawuran kecil. Setengah lusin anak laki-laki merundung seorang anak kecil kurus kering dan mengambil bekal nasi bungkusnya. Leo hendak merampas kembali makan siang anak laki itu dan melawan para perundung.
Menyadari tidak ada guru yang terlihat, jumlah pengganggu dengan cepat berlipat ganda. Mereka mengepung Leo, semakin mendekat dan semakin dekat dengannya. Adrenalin mengalir deras dalam nadinya ketika gerombolan yang marah hendak mengeroyok.
Dia menarik kembali tinjunya ketika pertama kali menyadarinya. Kepalan tinjunya mulai menghilang ke udara tipis. Pada kenyataannya, seluruh tubuhnya yang memudar.
Oh tidak, jangan lagi! pikirnya.
Tanpa sepengetahuan Leo, di dimensi lain, ada Mahiwal yang duduk di depan laptopnya.
Mahiwal, yang perfeksionis, sedang menulis cerita terbarunya. Dia membaca sesuatu dalam ceritanya yang dia pikir perlu direvisi.
Mahiwal memulai modifikasinya dengan menyorot beberapa paragraf dan kemudian menekan tombol DELETE.
Bandung, 4 Maret 2023