'Calling', bukan 'Ringing'.
Akhirnya, setelah sepuluh menit dalam kekalutan yang mendebarkan, ponselku berdering.
"Ma? Aku menerima pesan Mama. Ada apa?"
"Amara? Untunglah! Kamu sedang apa?"
"Kamu akan berkeliling di penjara tua. Lihat, tidak mirip dengan yang ada di buku sejarah. Aku tidak bisa menerima atau mengirim pesan apa pun. Dindingnya, sepertinya sangat tebal dan tidak ada sinyal di dalam."
"Tapi..." Aku menelan ludah, mati-matian berusaha terdengar normal. "Kamu ada di mana sekarang?"
"Di luar, di halaman. Astaga, tempat ini sangat menyeramkan. Terutama ruang penyiksaan. Katanya, sih, ada hantunya."
"Beneran?" Sekarang tidak sulit untuk terdengar normal. Aku tahu Amara hanya membohongiku. Dia tahu betul kalau aku tidak percaya hantu.
"Bener, Ma. Tadi aja semua orang ketakutan karena ada bunyi rantai diseret. Termasuk anak laki-laki. Pak Syahril baru saja memberi tahu kami orang terakhir yang digantung di sini naik ke tiang gantungan sambil berteriak bahwa dia tidak bersalah. Harus pergi sekarang. Sampai jumpa nanti malam. Bye."
"Hati-hati, sayang."
Ketika aku menekan tombol untuk mengakhiri panggilan, saya melihat layar. Teks lain masuk saat kami berbicara.
Bunyinya, sederhana:
Seharusnya aku tidak digantung....
Bandung, 6 Februari 2023