Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Penipu, Penipu

5 Februari 2023   19:14 Diperbarui: 7 Februari 2023   06:04 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.istockphoto.com/id/foto/gambar-konsep-sisi-lain-dari-manusia-gm536919815-57696172

Diam-diam Nada menyeka keringat dari bibir bawahnya. Dia benar-benar tidak bisa berbuat apa pun tentang tetesan keringat yang menganak sungai di ketiaknya. Bergeser sedikit di kursinya, dia menjauhkan lengannya dari tubuhnya. Itu tidak akan mengeringkan pulau gelap yang terbentuk di kemejanya, tapi mudah-mudahan akan menghentikannya agar tidak mengembang.

Pahanya bergesekan saat dia mencoba menyilangkannya dengan hati-hati. Roknya terlalu ketat. Githa selalu lebih kecil darinya. Di seberang ruangan, Tuan Tampubolon melanjutkan pertarungannya dengan mesin fotokopi. Dia membuat dehem-dehem kecil, pelan-pelan. Dia tidak yakin apakah itu kegembiraan atau kengerian.

Pita roknya terjepit lipatan perutnya saat dia mencondongkan tubuh ke depan. Buah dadanya yang menegang membuat kancing kemejanya hampir terpental. Ada keringat di lipatan payudaranya yang tergencet. Nada mengembusnya, lalu terbatuk pelan.

Batuk itulah yang akhirnya menarik perhatian Tuan Tampubolon.

"Hampir selesai, Nona Martalegawa...."

"Panggil saja Githa."

"Anda hanya perlu menandatangani kontrak."

Tuan Tampubolon mengeluarkan paspor dan salinannya dari mesin fotokopi dan duduk kembali di meja. Dia mendorong kertas ke arahnya. Nada mengambil kontrak itu, tangannya sedikit gemetar.

"Semuanya sesuai standar, Anda dapat memeriksanya, Nona Natalegawa. Maaf, Githa."

"Ya ... kelihatannya beres semua."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun