Tidak hari ini. Tidak ada yang akan mengalami hari yang baik hari ini.
Perusahaanku, produsen boneka, memberhentikan orang. Mereka memberhentikanku. Ada hubungannya dengan perang dagang dengan Cina. Aku bahkan tidak tahu apa itu perang dagang.
Bajingan. Ini semua politik. Tapi kemudian aku menemukan Nina tidak di-PHK. Dia adalah wanita yang mengenakan gaun pada boneka. Aku menempelkan mata.
Mata lebih penting daripada gaun.
"Oh, sayangku," kata Nina. "Jesika sayang. Aku ikut bersedih kamu kehilangan pekerjaan."
Persetan dengan Nina.
Manajerku, seorang bajingan pemalas dan kelebihan berat badan, dengan poster di ruang kantornya yang bertuliskan Kerja, Kerja, Kerja. Indonesia Maju
Aku ketinggalan kereta menuju kerja dan maju.
Mulai minggu depan aku akan menganggur dan bingung memikirkan uang sewa kamar indekos.
Apakah aku aku harus pindah ke rumah ibu?
Pada malam aku diberi tahu bahwa posisiku dihilangkan, aku tidak bisa tidur.
Aku memikirkan Nina mengenakan gaun boneka. Aku memikirkan manajerku dengan poster tololnya. Aku memikirkan hidupku. Serangkaian pekerjaan bodoh dan hampir miskin. Di lemariku ada pistol Sig Sauer peninggalan Bapak dan lima majalah bekas. Entah mengapa, saat Bapak pensiun tidak ada yang teringat untuk menyita pistolnya.
Ketika pagi tiba, aku mengenakan jeans dan t-shirt. Itu seharusnya menjadi hari terakhirku di pabrik. Aku merokok di luar dan menyaksikan para pekerja masuk untuk memasukkan kartu absensi. Jam 8:05 pagi aku masuk dengan Sig Sauer di balik t-shirt dan kemudian menembak Nina, lalu manajer, dan kemudian Encun, salah satu orang mata sipit yang memasukkan boneka ke dalam kotak-kotak. Beberapa menit kemudian aku mendengar sirene.
Aku pergi ke unit kerjaku. Ada bak berisi bola mata plastik untuk boneka. Aku menendangnya dan kemudian menembak kepalaku sendiri.
Yang terakhir kulihat adalah gerombolan mata yang menatapku.
Tidak ada hari lagi untukku. Dan aku memastikan tidak ada yang mengalami hari yang baik hari ini.
Bintaro, 26 Desember 2022