Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

CMP 66: Fiksi adalah Kebenaran yang Cair dan Dibangun di Atas Kesadaran Pribadi dan Budaya

13 November 2022   08:00 Diperbarui: 13 November 2022   08:02 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terukir dalam kesadaranku kisah-kisah yang diceritakan. Memungkinkan untuk mengatakan cukup dan ikhlas, dan memberkati bapak saat dia meninggal.

Tanpa cerita-cerita, kupikir kami akan tetap terpisah sebagai sebuah keluarga, dan bapak akan menderita lebih lama di ranjang rumah sakit.

Pada sore hari setelah kematiannya, ibu tiriku membuatkan kami makan siang. Kami menghabiskan makanan itu. Dia pergi ke pohon jeruk di tepi kolam koi dan memetik jeruk untuk kami.

Aku memeras jeruk di bawah hidung untuk menghirup aromanya, merasakan permukaan yang berbintik-bintik, dan mengupas kulitnya dalam satu larik panjang.

Saat aku mengunyahnya, ibu tiriku menceritakan kisahnya saat bertemu bapak, pertemuan saat mencuri jeruk di kebun orang. Dalam benaknya, itu adalah kisah cinta---kisah tentang dua anak manusia yang sembunyi-sembunyi mencuri dan menjadikan pernikahan kedua mereka berhasil di negeri orang.

Saat aku kembali ke Jakarta, kisah sepasang kekasih mencuri jeruk tak bisa kulupa.


Aku makan jeruk sampai luka di susut bibirku karena asam. Jauh dari kakak, ibu tiri, dan saudara tiriku, jeruk menjadi pengingatku akan mereka. Aku bermimpi jeruk jatuh dari langit. Selasar produk di minimarket membuatku penasaran. Jeruk membantuku mengatasi duka lara.

Aku mulai menulis tentang waktuku di Medan. Awalnya, daftar nama dokter, diagnosis, orang yang datang berkunjung, dan makanan yang kami makan di malam hari. Kemudian aku menulis tentang kesanku tentang situasi tersebut. Akhirnya, aku menulis potongan cerita yang kami ceritakan tentang ]bapak di meja makan. Jeruk mengisi sebagian besar tulisanku, dan aku selalu kembali ke bayangan pasangan mencuri jeruk dari pohon-pohon tetangga.

Itu adalah kisah cinta.

Tetapi bagaimana jika bukan? Bagaimana jika melambangkan kebenaran tersembunyi yang lebih besar tentang hubungan mereka? Bagaimana jika aku membawa kisahnya ke arah lain?

Aku membiarkan diriku bermimpi tentang kemungkinan-kemungkinan. Bagaimana jika kami tidak jujur satu sama lain? Paragraf awal adalah sesuatu yang akrab seperti jeruk dan samar-samar seperti mencuri. Apa dampaknya bagi pernikahan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun