Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kasus Sang Harimau (Bab 26)

3 Oktober 2022   20:15 Diperbarui: 27 April 2023   12:40 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

Showroom Damanik terbukti menjadi tempat yang tidak mengesankan. Di ruang pajang ada tiga mobil dengan harga yang optimistis di kaca depan, dan sebuah mobil pikap rusak. Ada dua pompa bensin dan di belakangnya ada dinding beton dan kaca kecil yang kuduga berfungsi sebagai kantor.

Steben Damanik sedang mengisi bahan bakar mobil dari salah satu pompa. Dari fisiknya dia adalah lelaki yang kuat dan tidak terlalu buruk di usia pertengahan empat puluhan. Mengenakan baju montir terusan, sepatu bot, dan, anehnya, topi Burberry.

Steben, seperti pakaiannya, adalah campuran yang aneh. Dia menimbulkan rasa tidak percayaku padanya secara langsung.

Setelah selesai di pompa bensin, Steben berjalan ke arahku, menyeka tangannya di paha terusan baju montirnya. Dia menatapku dengan sedikit keramahan dalam ekspresinya.

“Aku Handaka, kamu meneleponku tentang BMW 532i. Kamu mau melihatnya?”

“Baik,” dia mengangguk dan kami bersama-sama berjalan ke mobil.

Dia berjalan mengitari mobil, memeriksa kondisi luar. Kemudian, terengah-engah, dia memasukkan tubuhnya ke kursi pengemudi dan menyalakan mesin. Dia mendengarkan sejenak, mendengus tanpa emosi.

“Tidak begitu bagus”, kata Steben sesaat kemudian, dengan kepala di bawah kap, “Tidak sebaik yang kuduga.”

Lalu dia menghadapku. “Kau minta berapa?”

Aku memasang wajah hampa. “Oh, aku tidak tahu,” jawabku samar. “Berapa menurutmu?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun