Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Legenda Sang Perusak (Bab 14)

19 September 2022   12:00 Diperbarui: 19 September 2022   12:00 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

"Awang, kamu baik-baik saja? Apa yang terjadi?"

Berusaha berdiri, terhuyung-huyung ke kanan dan ke kiri, dan jelas sangat kesakitan sehingga hampir tidak bisa duduk, Awang berhasil membuka matanya.

"Itu... aku... mengerikan. Aku... aku tidak pernah mengalami mimpi buruk seperti itu. Begitu nyata...."

Meskipun Kuntum kasih kesal pada suaminya, dia melingkarkan lengannya ke tubuh Awang yang basah oleh keringat, dan melakukan yang terbaik untuk menghiburnya.

"Coba ceritakan padaku, Wang. Bercerita akan membuatmu merasa lebih baik," Kuntum berbisik, tahu betul bahwa itu tidak benar. Mata kuliah psikologi dasar telah mengajarinya hal itu. Menghidupkan kembali trauma umumnya dengan sendirinya bersifat traumatis, dan dapat dianggap menjadi lebih buruk daripada penyebab awalnya. Bergantung pada struktur kepribadian dan keterampilan seseorang mengatasi masalah, dampak dari sesuatu yang sederhana seperti terserempet sepeda motor dapat berkembang menjadi setara dengan kiamat dalam pikiran penderita.

Dia sendiri tidak pernah memiliki pengalaman seperti itu selain ditinggalkan sebagai seorang anak, tetapi kuliah itu masih melekat kuat di benaknya.

Ketika Awang akhirnya benar-benar tenang, dia menceritakan kembali mimpinya sebelum lupa sama sekali. Masih dengan tubuh gemetar, dia mencengkeram jari tangannya dan tergagap seolah-olah berbisik ke ruang hampa. "Aku berada di tempat tidur ... Bukan tempat tidur kita di lantai atas, tetapi salah satu tempat yang pernah aku kunjungi sebelumnya. Kamu tidak di sana bersamaku. 

Aku sendirian dan itu saja sudah membuatku ketakutan setengah mati. Ruangan itu hitam gelap, tapi aku bisa melihat semua yang ada di dalamnya, seolah-olah mataku telah menyesuaikan diri dari kegelapan untuk waktu yang lama. 

Tiba-tiba, bulu di tubuhku merinding dan aku meringkuk di tempat tidur mencoba meneliti ruangan. 

Perhatianku tertuju pada jam almari besar di salah satu sudut ruangan. Kelihatannya jam itu sangat penting bagiku untuk alasan yang aku tak tahu. Saat menatap jam, aku mulai merasakan ada kehadiran makhluk lain di seberang ruangan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun