Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

CMP 17: Di Seberang Jalan

8 Agustus 2021   09:00 Diperbarui: 6 April 2022   00:15 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
thislifeintrips.com

Tentu saja, Mahiwal sering keluar masuk kamarnya sendiri di siang hari, sibuk keliling kota, menelepon klien, menyantap makanan cepat saji di sana-sini, Namun sepertinya setiap kali dia melihat ke luar jendela hotelnya, wanita itu ada di sana, di seberang jalan di tempat biasa. Kadang sedang menelpon, kadang hanya mengetik di komputer.

Pada hari kedua, dia berjalan di tikungan dari hotel dan menemukan pintu masuk ke gedung tempat wanita itu bekerja, tetapi yang tampak hanyalah lobi suram dengan dua lift dan direktori yang mencantumkan selusin perusahaan kecil. Dua lantai teratas tampaknya ditempati oleh sebuah kantor firma hukum, jadi dia membayangkan wanita berambut hitam kurus sebahu itu adalah seorang pengacara, mungkin sedang membangun praktiknya, membangun karir dan namanya. 

Beberapa hari berikutnya, saat dia mencoba bekerja di kamar hotelnya, Mahiwal kesulitan untuk berkonsentrasi penuh. Bersandar di kursi menatap wanita di jendela gedung di seberang jalan , dia menciptakan seluruh kehidupan wanita itu dalam angan-angannya.

Masih sendiri, tentu saja. Workaholic yang tak punya waktu untuk menjalin hubungan. Tinggal di sebuah apartemen kecil tapi ditata minimalis dengan baik beberapa blok jauhnya. Memelihara seekor kucing Persia dan menghabiskan akhir pekan dengan memberikan bantuan hukum gratis kepada para tunawisma.  Hanya memiliki sedikit teman-tapi akrab-muda yang menarik dan cerdas seperti dirinya, dengan siapa dia makan malam di restoran yang cozy.

Pada hari keempat, rasa ingin tahu Mahiwal tak tertahankan lagi. Dia berdiri di dekat jendela saat istirahat makan siang semakin dekat, memperhatikan wanita itu merapikan mejanya, memakai sweater merah marun dan menguncir rambutnya menjadi ekor kuda.

Begitu dia melihatnya mendorong mundur kursi dan mematikan lampu di jendela, Mahiwal berbalik dan meninggalkan kamarnya, berjalan cepat ke lift hotel.

Dia berharap dapat turun sesegera mungkin untuk kemudian mengejar di tikungan ke gedung kantor wanita itu. Mahiwal tidak berencana untuk mendekatinya. 

Belum ... 

Dia hanya ingin berpapasan dengannya di trotoar, melihatnya dari dekat untuk mendapatkan gambaran yang lebih baik tentangnya. Tetapi ternyata lift hotel berhenti di beberapa lantai untuk tamu lain sebelum mencapai lobi, dan pada saat Mahiwal berhasil keluar ke jalan dan berlari ke tikungan, tidak ada apa-apa selain lautan manusia di trotoar yang sibuk, dengan sejumlah kepala berambut hitam lurus dikuncir ekor kuda terombang-ambing ke sana kemari.

Mahiwal merasa sangat konyol, dan juga sedikit kecewa. Dia kembali ke hotelnya, makan minum lebih banyak dari biasanya saat makan malam, setelah itu kembali ke kamarnya, menarik tirai dan tidur.

Di pagi hari, dia bangun dan berpakaian tanpa membuka tirai. Dia sarapan di lantai bawah dan kemudian berhenti di meja depan. Mahiwal meminta untuk memindahkan akomodasinya ke kamar lain, di sisi lain gedung, di lantai bawah jika memungkinkan. Resepsionis meminta maaf bahwa satu-satunya kamar yang tersedia menghadap ke gang sempit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun