Jejaka melihatnya di stasiun komuter, dengan pita emas di rambutnya. Si jejaka mengangguk, dan si gadis membungkuk sebagai balasan.
Setiap hari mereka berpapasan di tempat yang sama. Jejaka mengangguk, gadis membungkuk, tetapi mereka tidak pernah berbicara. Mereka tidak berbagi apa pun selain senyum.
Suatu hari di sebuah pameran barang antik, jejaka menemukan bros berbentuk hati dengan pita emas kecil dan berpikir betapa bagusnya perhiasan itu di kerah jaket si gadis. Keesokan harinya, dia mengangguk dan membungkuk lebih dalam dari biasanya dan mengulurkan bros pada si gadis. Gadis menggelengkan kepalanya, kehilangan senyumnya dan lupa balas membungkuk. Jadi keesokan harinya, jejaka mengenakan bros itu di topinya dan mengabaikan tatapan orang yang lewat. Kali ini, ketika dia membungkuk, si gadis tertawa dan membungkuk lebih dalam dari sebelumnya.
Keesokan harinya, jejaka memakai bros itu lagi dan si gadis memakai pin berbentuk panah. Alih-alih membungkuk, dia balas mengangguk, melepas pin dan mengulurkannya. Sekarang giliran jejaka untuk menggelengkan kepalanya. Setiap hari, mereka bertemu dan tidak pernah berbicara. Jejaka memakai bros di topi dan gadis dengan pin di kerah jaket.
Jejaka terdesak dalam kerumunan dan kakinya tersandung. Sebelum dia sempat memulihkan keseimbangannya, seorang penjambret menyambar topi dengan bros miliknya dan membawanya kabur. Si gadis melihat kejadian itu dan mengejar si penjambret. Dia berhasil menyusul si penjambret dan menghajarnya dengan pukulan dan tendangan.
Si gadis kembali ke stasiun dengan topi di kepalanya dan bros di tangannya. Dia melepas pin dari kerahnya dan mengulurkan keduanya. Jejaka mengambil pin dan menyematkan bros di kerah si gadis.
Aku takkan cerita kapan mereka berciuman.
Bandung, 16 Mei 2021