Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Adik Saya Joni

30 November 2020   15:13 Diperbarui: 30 November 2020   15:16 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Adikku Joni (Sumber ilustrasi: 123rf.com)

Saya marah ketika adik saya Joni dibawa pergi.

Orang tua saya terus-menerus mencoba menjelaskan kepada saya, betapa sakitnya adik saya itu.

Mereka berkata bahwa saya beruntung memiliki otak di mana semua bahan kimia mengalir dengan lancar ke tujuan mereka, seperti air sungai yang tidak terhalang bendungan. Mereka berkata, mereka beruntung memiliki saya.

Ketika saya mengeluh betapa bosannya saya tanpa adik laki-laki saya yang bisa diajak bermain, mereka mencoba membuat saya merasa tidak enak dengan menunjukkan bahwa rasa bosan adik saya jauh melampui kebosanan saya. 

Mereka mengajak saya untuk mengunjungi sebuah tempat yang disebut panti rehabilitasi. Saya lihat adik saya Joni terkurung di ruangan gelap, merenung sendirian.

Saya selalu memohon agar mereka memberinya satu kesempatan terakhir. Tentu saja, awalnya mereka memenuhi permintaan saya.

Joni beberapa kali pulang ke rumah untuk berkumpul bersama kami. Masing-masing durasi kedatangannya lebih singkat dari yang sebelumnya. Dan setiap kali ketika kelihatannya akan berhasil, kejadian yang membuat Joni dipisahkan dari saya dimulai lagi.

Kucing-kucing tetangga dengan mata mencungkil muncul di kotak mainannya. Salah satu pisau dapur ditemukan jatuh di papan seluncuran di taman bermain seberang jalan. 

Obat suplemen ibu diganti dengan tablet pembasmi hama tanaman hias. Orang tua saya sekarang ragu-ragu sebelum akhirnya tak pernah lagi mengucapkan 'kesempatan terakhir'.

Mereka mengatakan 'kelainannya' Joni membuatnya menarik untuk disayang siapa pun yang melihatnya. Membuatnya mudah berpura-pura menjadi normal dan mengelabui dokter yang merawatnya agar berpikir bahwa dia siap untuk kembali ke rumah untuk berkumpul bersama kami lagi.

Mereka mengingatkan bahwa saya harus bertahan dengan rasa bosan saya jika itu berarti saya akan tetap aman dari Joni.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun