Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Setiap Manusia Berhak Menderita

17 Juni 2019   21:00 Diperbarui: 17 Juni 2019   21:10 1125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(1) 

kopi pahit dalam cangkir sumbing 
roti sumbu dicelup 
perlahan daku bergerak 
turun 
dengkur napasmu 
bagai dengung ngengat kawin 
di bohlam lampu 
perasaanku semakin kiri 

kenangan masa lalu 
mengambang seperti pohon kayu 
tumbang
dari hulu sungai
gunung di kepalaku
celana dalam renda merah
bra putih
seperti bendera
tergeletak di lantai
kaki ranjang
untuk pertama kali
seorang buta belajar braille

(2)

aku ada di sana malam itu
kamu mengepalkan tangan
melalui jendela teriak
bersumpah melihat Tuhan
pantulan bayangmu di cermin
teriak semacam mantra
atau puisi: tidak ada yang mengerti
orang-orang di luar jendela
menoleh, bertanya-tanya
binatang apa yang melolong

aku ada di sana malam itu
ketika kamu memecahkan botol bir
di kepala raksasa itu
dan kabur sebelum polisi datang
seharusnya
aku tidak memberi mereka 

namamu

aku ada di sana malam itu
ketika kamu ziarah kuburan
satu-satunya manusia
yang pernah menyayangimu:
nenekmu
seperti biasa,
asam tidak enak mulutku

aku ada di sana malam itu
ketika kamu duduk sendiri
di ruang kedatangan bandara
selembar dua puluh ribu
di saku
memperhatikan para penjemput
mencium pipi orang yang mereka cintai
di pintu keluar

aku ada di sana malam itu
ketika mereka membawamu pergi
ke rumah sakit jiwa
agar kamu terbang seperti burung
dan tak pernah kembali
ke bumi
(yang kita kenal)

aku ada di sana siang itu
untuk menabur kata-kata di pusaramu
seperti meja prasmanan layaknya
celana dalam renda merah
bra putih
bersulang untukmu
setelah yang lain pergi

(3)

kita ada di mana-mana kapan saja
memandang wajah Tuhan

Banda Aceh, 12 Juni 2018 - Bandung, 17 Juni 2019

Sumber ilustrasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun