Mohon tunggu...
Ayah Farras
Ayah Farras Mohon Tunggu... Konsultan - mencoba menulis dengan rasa dan menjadi pesan baik

Tulisan adalah bagian dari personal dan tak terkait dengan institusi dan perusahaan

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

"Hilal Telah Tampak" Kenapa Bang Udin Bersedih? Ada Apa?

23 Mei 2020   22:04 Diperbarui: 23 Mei 2020   21:56 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Istimewa/KompasTV

"Hilal telah tampak", ah jadi judul yang kini bisa saya tulis. Bukankah memang kata itu yang dinanti bagi semua umat muslim di dunia dan Indonesia khususnya. Ya tentu saja semua menantikan datangnya hilal sebagai penanda Ramadan telah berakhir. Ada yang bergembira akan datang datangnya hilal tapi tak semua. Ya tak semua nyatanya sekalipun dalam kesemangatan yang sama di hari yang fitri.

Pandemi corona telah bergejolak dan bisa dibilang terus melaju. Segala upaya telah dilakukan baik dengan kebijakan PSBB maupun lockdown lokal. Setelah upaya dilakukan dalam pencegahan penyebaran virus kini muncul dampaknya di segala bidang terutama ekonomi dan keuangan.

Pikiran Bang Udin Berkecamuk

Bang Udin tak sumringah dalam beberapa hari ini jelang lebaran walaupun terhitung tinggal seminggu. Entah apa yang menggelayuti. Apakah karena cucunya yang sedang dirawat di rumah sakit ? atau baju lebaran? Di sudut gang yang tampak ramai penghuni dan terlihat kumuh duduklah bang Udin dengan tangan menahan dagu yang seharusnya tak perlu ditahan karena memang Bang Udin tampak sehat.

Sebagai seorang office boy di suatu kampus yang biasa saja sebenarnya tanpa corona datang pun ya memang sudah kembang kempis kantong Bang Udin.  Mahasiswa yang terdaftar di kampus tersebut juga semakin lama semakin menurun jumlahnya tak tahu mengapa.

Ongkos Bang Udin pun juga tak mendukung untuk tugasnya sebagai seorang office boy. Dalam kesehariannya hanya terpikir ongkos ke kampus. Nominal yang diterima memang di luar logika sebab di bawah satu juta dia terima setiap bulan.

Usaha yang membantu dapurnya dibantu oleh sang istri yang berjualan nasi uduk di rumah. Hasilnya pun hanya cukup untuk makan sehari-hari dan kadang modal untuk jualan besok dia pinjam dari tetangga.

Bang Udin sangat sayang kepada anak-anak dan cucunya. Di tengah pandemi ini anak-anaknya pun mengalami dampak ekonomi ada yang dirumahkan dan di PHK  hingga akhirnya kumpul jadi satu di rumah Bang Udin. Betapa tidak Bang Udin memikirkan dan menanggung mereka sementara di usia senjanya tak ada lagi yang dia bisa lakukan.

Tak ada THR (Tunjangan Hari Raya) dia terima dan gajipun mulai tak jelas. Hatinya semakin merintih tatkla lebaran semakin mendekat. Bang Udin sedikit lirih berkata " Bu, maapin bapak ya sampai sekarang belon ada kabar dari kampus soal uang tambahan buat lebaran," kata Bang udin. " Ngga pape pak kan dah biasa kayak taon kemaren," kata Istri Bang Udin agak santai. " Lagian buat apalagi sih, asal kita sehat dan bisa ikut lebaran juga sama aje,"tambah Istri Bang Udin beri semangat.

Kesabaran istri Bang Udin memang sudah teruji tiada akhir sebab sepertinya ini perulangan dari tahun-tahun sebelumnya. " Kite harus nikmatin aje yang ade pak, kan sebelomya juga ngalamin," kata IStri Bang Udin.

Hari semakin mendekat lebaran dan keadaan masih seperti biasa. Bang Udin terus seperti ada pemberontakan dalam hatinya. " Ya Allah, Apa iya mesti seperti ini terus dan saya tersisa duit cuma 150  ribu," ujar Bang Udin setengah menunduk saat duduk di teras rumah dan mengadukan masalahnya ke Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun