Mohon tunggu...
Rizky Purwantoro S
Rizky Purwantoro S Mohon Tunggu... Lainnya - pegawai biasa

Membaca, mengkhayal dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tanah Subur Indonesia, Apakah Anugerah atau Justru Kutukan?

22 November 2022   16:45 Diperbarui: 23 November 2022   08:17 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar dari blogspot.com

Pernahkah kalian mendengar lagu Kolam Susu yang dipopulerkan oleh Koes Plus? Liriknya banyak menggambarkan mengenai bagaimana subur dan indahnya suatu negeri bernama Indonesia.

Kenyataannya mungkin demikian bahwa Indonesia adalah salah satu negara tersubur di dunia. Hanya saja apakah dengan kenyataan seperti itu justru akan meninabobokan kita sebagai rakyatnya?

Seharusnya tidak boleh. Akan tetapi tampaknya psikologis bahwa telah memiliki negeri subur membuat penduduknya menjadi cepat berpuas diri.

Buktinya apa? Coba lihat negara-negara miskin hasil bumi semacam Israel atau Jepang yang karena menyadari kekurangan sumber alamnya membuat mereka menjadi jauh lebih kreatif dan efisien sehingga negara mereka menjadi maju.

Setuju atau tidak, sepertinya ini menjadi suatu hukum alam. Coba lihat kurang lengkap apa sumber alam yang dapat dihasilkan dari benua hitam Afrika? Tapi ironisnya sampai dengan saat ini sebagian benua itu masih terpuruk ke dalam kemiskinan dan perang saudara yang tidak berkesudahan.

Begitu pula yang terjadi pada sebagian benua Amerika Selatan dan Timur Tengah. Kekayaan alam mereka sama sekali kurang membantu penduduknya untuk dapat menikmatinya supaya hidup lebih sejahtera.

Setiap manusia yang mempunyai tanah subur akan dilenakan dan cenderung menjadi malas. Sebaliknya mereka yang tinggal di tanah keras akan berwatak keras juga sehingga akan lebih berusaha lebih giat karena ini berkaitan dengan keberlanjutan hidup dan matinya mereka.

Apakah penduduk Indonesia juga sudah seperti itu? Saya kawatir iya, penduduk negeri ini sering sekali membangga-banggakan kesuburan tanah dan sumber alamnya. Kebanggaan yang menurut penulis beda tipis dengan perasaan berpuas diri.

Terkadang saya sempat berpikir ekstrem, seandainya bisa ditukar antara sumber alam negeri ini dengan sumber daya manusia dari Jepang atau Israel, maka saya akan memilih sumber daya manusianya karena telah terbukti lebih dapat memajukan negeri mereka.

Kelimpahan tanah yang subur dan kaya bahan tambang justru akan menarik banyak pemangsa dalam bentuk negara-negara penjajah sebagaimana yang telah ditunjukkan dalam sejarah peradaban manusia selama ini. Negara dan bangsa yang miskin sumber alam tapi brilian orang-orangnya yang berhasil mengekploitasi negeri-negeri yang memiliki tanah yang subur nan kaya, tapi penduduknya tidak secanggih kaum penjajahnya.

Negeri-negeri tersebut bagaikan gula yang berserakan tentu saja dengan aromanya yang manis akan mengundang serangga semacam semut atau lebah untuk sekedar mencicipi atau sekalian saja meraup semuanya demi kepentingan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun