Mohon tunggu...
Wahyu Ali J
Wahyu Ali J Mohon Tunggu... Penulis - Bebas

Life Path Number 11 [08031980]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berkobar Dong, Sesuai Kadar

7 Juli 2021   21:57 Diperbarui: 7 Juli 2021   22:05 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menemukan sesuatu dari terapi musik dan lirik. Menuliskan sesuatu yang semoga saja memiliki satu sisi menarik, yang bisa memetik kemudian terpetik.

Setiap adegan memiliki faedahnya, setiap kejadian memiliki hikmahnya. Setiap keadaan adalah jalan, untuk kemudian mampu menerangi, bukan lagi mengingkari.

Setiap ada untuk kemudian tiada, setiap upaya untuk kemudian terhenti di satu masa. Setiap kata adalah wacana, wakili rasa apa saja yang kemudian menjadi ternyata yang memanglah nyata adanya.

Setiap tanya untuk kemudian merasa, lalu berusaha percaya. Setiap dari kita adalah hamba yang memiliki beda, bisa sedikit ataupun banyak, namun bukan berarti menyisakan curiga.

Perjalanan adalah perjuangan, ragam ketetapan tak akan bisa terbantahkan. Peranan adalah peranan, ejawantahkan lalu kenali lebih dalam, sebab merasa kekurangan adalah kebutuhan, tanpa merasa kurang yang hanya bisanya meminta, lalu sedikit pula berderma.

Frekuensi hati mana bisa sebatas narasi, lalu dominan basa-basi. Untuk apa peduli, jika itu semua tak sesuai intuisi. Nilai apa yang terkandung, dari apa saja yang faktanya enggan untuk terhubung.

Resonansi tidak sampai ke isi hati, olah pikir hanya untuk membumihanguskan simpati, empati, ataupun kadar diri yang semestinya sanggup untuk membumi.

Petuah hati jangan lagi diingkari, nurani jangan hanya sekadar disimpan di satu sisi sudut pandang yang hanya sekumpulan bayang-bayang tidak untuk meraih tenang, ataupun yang sebenar-benarnya menang itu sendiri.

"Hati yang kecil, memilih kerdil. Hati yang luas, lampaui batas menuai bebas yang tuntas."

"Satu patah, dua tumbuh. Tiga membasuh, empat tak sempat mengumpat, lima seja menerima bahasa rasa."

"Tidak perlu merasa menang, lebih baik mengolah kurang. Tidak usah merasa gagah, andai masih dikunjungi serba salah lalu salah tingkah."

Salam Sehat Senantiasa
Bandung, 07 Juli 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun