"Apakah kamu pernah melihat isi hati kecilku?"
"Apakah kamu sanggup merasakan lalu menikmati isi dari hati kecilku?"
"Apakah memang itu yang bersemayam di hatimu? bukankah akan lebih baik bila kamu tanya hati kecilmu terlebih dahulu? meski untuk sekadar, memastikan saja."
Kamu coba rasakan sentuhanku, di kalbumu. Ada yang berdebarkah? ada yang bergetarkah? andai tidak, berarti kita tercipta bukan untuk saling percaya.
Kamu coba dengarkan bisikanku, dengan indrawimu. Adakah suaraku? terdengarkah? tersentuhkah dirimu dari apa yang aku tuturkan? bilamana tidak, berarti kita hanyalah dua insan yang tak perlu bertegur sapa.
Adakah aku terlintas di benakmu? Adakah aku terbayangkan olehmu? pernahkah aku mewujud satu gambaran nyata untukmu? ketika jawabanmu ternyata tidak, berarti kita tidak pernah saling merasa.
Tidak sulit untuk mengenali seseorang. Tidak sulit untuk berupaya lalu membaca tentang seseorang, termasuk menelaah yang memang tentangmu.
Tidak sulit untuk menentukan ketentuan seperti apa, yang akan jadi pilihan ke depannya. Mengenai yang adalah tentang seseorang, dan itu termasuk mengenai yang memang berkenaan denganmu.
"Cukup aku saja yang tahu, pun akan cukup bagimu, seandainya kamu akan mampu merasakannya, dengan hatimu itu."
Salam Fiksiana Kompasiana
Bandung, 24 Februari 2021