Mohon tunggu...
Awal Parengkuan
Awal Parengkuan Mohon Tunggu... -

Di dalam air ada bubu..di dalam bubu ada air..seperti itulah sejatinya rahasia dunia gelap yang kutekuni\r\n

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Betapa Malang Nasib Kambing Hitam di Jaman Jokowi

5 April 2015   20:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:30 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebagaimana tulisan saya terdahulu, saya mengatakan, Kambing hitam itu adalah sosok makhluk imajiner dan absurd, yang rajin berkeliaran di antara kecerdasan dan ke maha tololan dalam kepala seorang pengecut dan orang lemah. Kemunculannya tergantung dua keadaan. Ketika si pengecut berhasil atau sukses melakukan sesuatu, maka si kambing hitam akan  mereka sembunyikan ke balik batu seperti kecoa. Puja-puji khalayak yang diterima tidak pernah ikut dinikmati si kambing hitam congek malang.Si pengecut akan teriak-teriak kencang bahwa karena dialah semua keberhasilan bisa tercapai.

Namun ketika si lemah gagal, tidak mampu, dan berantakan akibat dari ketidak becusan atau kebodohannya, maka sesegera mungkin si lemah akan menggeret si kambing hitam kehadapan publik. Si lemah akan mencekik lehernya dan memaksanya mengembik kencang sebagai dalih agar dia tidak dipersalahkan. Agar dia bisa lari dan menghindar dari tanggung jawab.

Sementara sang kambing hitam terngah-engah membela tuannya yang tak kompeten, si tuan sendiri akan mranges-mrenges di belakang, cengar-cengir sambil bergumam ; "BUKAN URUSAN SAYA... ORA MIKIR...SAYA KAN CUMA KEBAGIAN TEKEN. MANALASAH SAYA TAHU!...seolah dunia yang kecau akibat ulahnya tidak ada sangkut paut dengan dirinya.

Intinya ; kalau sukses itu karena gue, kalau hancur salah elo, elo dan elo semua. Loe kambing congek-gue bos bandot,   uenaaak tennnaan nyalahin orang lain!

kalau di indonesia, manusia yang paling hobi menyalahkan kambing hitam atas segala sengkarut akibat ulahnya adalah Jokowi.

Lihat saja, ketika harga beras dan sembako di berbagai daerah tiba-tiba naik tak terkendali, maka yang dituding sang presiden menjadi biang utama kisruh harga beras adalah para MAFIA BERAS  DAN PARA JURAGAN SEMBAKO yang katanya memainkan trik permainan harga dan menimbun beras agar Indonesia impor beras.

Bahkan sang menteri pertanian dengan berlagak  di depan umum sesumbar akan mengejar para mafia beras yang bermain. Padahal hingga detik ini wujud para begundal beras itu tidak pernah terlihat. Siapa mereka? Di mana mereka sembunyi? Banyangan kita, sebutan Mafia tentu adalah seorang atau sekelompok orang dengan organisasi gigantik dengan jaringan tersulur-sulur kemana-mana, layaknya kartel mampu mengendalikan seluruh nafas kehidupan negeri in.

Justru yang terlihat diberita hanya beberapa juragan sembako kelas pasar Santa Kebayoran dan pasar Kemis, yang dicokok karena ketahuan menimbun beberapa kwintal beras di gudangnya. Hebat banget  para juragan itu ya?, cuma modal swipoa, kaos kutang dan menyetok beras 2  ton di gudang kopra bisa bikin harga sembako seluruh jagat negeri morat-marit. Khan yang penting ada mafia. Terlepas mafianya cuma kelas ikan betok, yang penting MAFIA BERAS  JUDULNYA, GITU LHOOOH

Belum lagi persoalan lain, yang bukan salah sang presiden tapi katanya salah para mentri. Mentri anu mentri ini, pokoknya preiden cuma kebagian teken, apa isinya? Meneketehe  he..he

Dan lagi-lagi sore ini kembali kambing hitam muncul dan jadi tumbal akibat dari ketidak becusan seorang presiden mengurus negara. Kambing hitam yang menjelema jadi manusia itu adalah Menkeu Bambang "nestopo: Brojonegoro.

Sumber masalahnya adalah keputusan pemerintah via menkeu yang menaikkan uang muka pembelian mobil pejabat yang menimbulkan kontroversi di tengah masyarakat. Ditengah carut-marut ekonomi, harga kebutuhan bahan pokok yang makin menggila, TDL yang akan naik,  inflasi dan kisruh hukum dan politik. keputusan itu tentu saja menimbulkan kecaman luas. Meski sang wapres sudah berbuih-buih menerangkan bahwa tindakan itu adalah sebuah cara penghematan, namun reaksi negatif rakyat ternyata tidak jua surut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun