Mohon tunggu...
Dokter Avis
Dokter Avis Mohon Tunggu... Dokter - Dokter Anak

Saya dr. Hafiidhaturrahmah namun biasa disapa Avis, dokter umum dari FK Univ Jenderal Soedirman, dokter anak dari Univ Gadjah Mada. Awardee Beasiswa LPDP-PPDS Angkatan 1. Saat ini bekerja di RS Harapan Ibu Purbalingga. Monggo main di blog saya www.dokteravis.net

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Bakmi Mbah Gito Manjakan Lidah dan Mata, Cocok Mengenang Romantisme Jadul

21 Juli 2015   23:20 Diperbarui: 21 Juli 2015   23:20 2497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mbah Gito memang menjaga sekali rasa enak di bakmi buatannya. Bahkan tidak hanya itu saja, beliau menjaga semua komponen pembuatan mie dengan kualitas terbaik. Ayam dan telor sengaja dipilihnya dari tempat khusus di Wonosari yang tidak tercampur bahan pengawet maupun zat suntikan.


“Saya harus memberikan yang terbaik, mengurangi paparan zat-zat pengawet biar rasanya tetap alami” dan saya pun membuktikan itu dari rasa bakminya.

Manjakan Mata, Lezatkan Lidah
Betul kata Mbah Gito, tempat enak tapi jika rasa tak enak maka pelanggan pun perlahan akan pergi. Kali ini saya pesan meja 10 di lantai bawah. Jangan khawatir karena dimanapun duduknya, anda akan tetap menikmati suguhan ornament njawani di warung ndeso ini. Berbagai perlatan pacul, arit, hingga wayang, topeng dan bermacam hal berbau jawa menghiasi warung sederhana ini. Konon, alat-alat itu sengaja ditaruh Mbah Gito supaya tetap mengingatkan dirinya akan asal muasal usaha keras bertani ayahnya yang mengajarkan dirinya pantang menyerah.

Saya berkeliling ke lantai dua dimana satu layar lebar berisi wayang aneka jenis juga ada. Ternyata di waktu-waktu tertentu ada berbagai pertunjukan loh. Wah, bukan hanya sekadar makan bakmi tapi juga belajar budaya Jawa. Pas sekali untuk mengenalkan wayang pada ponakan saya.

 

Setelah berkeliling, pesanan keluarga besar pun hadir. Aromanya sudah tercium segar dan lezat. Sengaja pesanan beraneka rupa untuk memuaskan rasa penasaran akan bakmi Mbah Gito ini. Beruntung saya berhasil memesan rica ayam kampung yang terakhir karena setelahnya ternyata sudah habis. Maklum, saya mengunjungi warung Mbah Gito tepat jam 10 malam. Tenang saja, warung ini buka mulai dari jam 11 siang sampai 11 malam.


Nah, saya pun segera mencicipi bakmi goreng spesial karena pesanan super pedas. Ternyata rasanya maknyus, pedasnya pas sesuai dengan pesanan saya. Campuran bumbu bwaang putih, kemiri, mrica bersatu dengan irisan tomat, suwiran daging berstu sempurna apalagi tambahan telor bebek yang terasa banget. Porsinya yang memenuhi ¾ piring ini pas untuk saya yang kelaparan. Apalagi minuman hangat jahe gula batu sudah menanti.

Melirik ke pesanan adik saya, bakmi godoknya pun tak kalah. Kuahnya terasa gurih dengan kaldu yang maknyus. Bahkan jenis kematangan mie dan banyaknya kuah pun dapat dipesan khusus. Kebetulan adik saya suka mie nyemek dan bakmi Mbah Gito membuatkan satu sajian tersebut. Lezat banget apalagi ditambah dengan rica ayam khusus yang asli banget ayam kampung. Untuk minuman bahkan disediakan Saparella, soda tradisional zaman Belanda.

Bersama keluarga besar, makan di Bakmi Mbah Gito terasa lebih nikmat loh. Apalagi dimanjakan dengan berbagai ornamen jawa yang bisa membuat kenangan romantisme zaman pacaran ala jadul terulang kembali.

Murah Meriah
Menutup tulisan ini, harga bakmi Mbah Gito terjangkau loh. Terakhir edisi lebaran ini harga per porsinya 18 ribu. Dibanding dengan kelezatan dan kebersamaan yang tercipta, harga itu muraaah banget.

 Tulisan asli dan gambar ada di sini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun