Mohon tunggu...
Avid Dea
Avid Dea Mohon Tunggu... Wiraswasta - avid dea saftri

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengenali Pola Meningginya Emosi Bisa Terjadi pada Anak

13 September 2018   22:57 Diperbarui: 13 September 2018   23:26 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anak adalah layaknya spons dalam menyerap informasi yang baik mereka dengar atau mereka lihat, itu adalah pendapat ( maria mottensorI) Namun dengan berbagi hal yang menjelaskan tentang cara dan padangan pemikiran anak- anak dalam penyerapan informasi, baik yang mereka dapat dari luar atau dalam (keluarga) anak sudah mewarisi sifat emosi secara bereda-beda , namun setiap anak memiliki pola (pertumbuhan ) emosi yang sama. Namun dalam mengatasi pertumbuhan itu sendiri perlu adanya beberapa sumber yang jelas agar para orang tua tidak salah dalam menghadapi pola emosi yang pada umumnya pada akhir masa kanak-kanak. sebab sifat tempramen pada anak tejadi di puncak- puncaknya pada akhir masa anak -anak.

Dalam buku ( Elizabeth B. Hurlock) Edisi kelima 

Pada akhir masa kanak-kanak , ada waktu dimana  anak akan mengalami kenaikan emosi yang hebat, karena hal tersebut dalam priode ini ada ketidak seimbangan, Karena pada saat itu anak akan sangat sulit di hadapi. Meningginya emosi pada akhir masa kanak-kanak  disebabkan oleh beberapa faktor yaitu keadaan fisik /lingkungan. Karena pada saat anak sakit atau lelah anak  juga akan menujukan  emosi antra lain : Menangis, Cenderung cepat marah , Rewel dan sulit  dihadapi nah itu adalah contoh fisik . justru sebelum  masa anak-anak yang berakhir ketika organ muali berfungsi anak -anak akan memiliki  emosi sedang mengalami puncak-puncaknya. 

Keadan lingkungan yang menyebabkan  meningginya emosi pada anak juga beragam dan serius.Karena anak akan menyesuaikan / penyesuaian diri mereka sangat beragam dan serius. 

Karena dalam pemyesuaian anak dalam setiap situasi yang baru selalu membuat anak menjadi bingung. meningginya emosi anak dalam setiap masuk sekolah itu hampir dialami oleh setiap anak karean dalam setiap perubahan yang menonjol dalam kehdupan anak, dalam sekolah anak akan mengalami kejadian yang beragam kadang  di luar  batas nalar pikiran mereka , mereka akan mulai becerita  satu dengan teman lainya, anak akan mengetahui konflik besar atau kecil , Yaitu: keretakan keluarga, kematian , peceraian .Di situ anak akan mengalami perubahan  emosi  yang  semakin meninggi , karena anak akan mulai membandingkan antara pola hidup mereka atau keluarga mereka. 

Disaat itulah emosi anak  mulai naik derastis karena ketidak nyamanan atau rasa kurang percaya diri akan berbagai konflik yang ada dalam hidupnua membuat dia merasa anak yang kurang beruntung atau sebaliknya yang mengakibatkan perubahan emosi yang luar biasa. 

Namun pada umumnya , akhir masa kanak- kanak  tidak selau dengan  emosional tinggi  . pada tahap  akhir ini merupakan priode yang relatif tenag juga yang terjadi sampai mulainya masa puber , karena pertama adalah  peranan yang dilakukan anak sendiri itu lebih besar (KESADARAN DIRI), sudah terumus secara jelas dan anak tahu harus berbuat seperti apa dan cara melakukanya. karena kesadaran diri mereka anak juga mulai mengerti dirinya anak akan belajar bagaimana mengganti kekurangan diri mereka dengan kelebihan-kelebihan yang ada pada dirinya. yang tertahan dan terakhir degan  meningkatnya  keecewaan  dalam menyelesaikan berbagai macam tugas yang mereka belum dapatkan sebelumnya  , dan pada tahap ini anak  akan melampiaskan emosi mereka juga melalui kegiatan olahraga yang bernilai positif.

Dengan dikatakan anak layaknya spons dalam menyerap pengetahuan atau informasi, agar pertumbuhan emosi anak  bisa stabil agar tidak menyimpang hingga terjadi ketidak seimbangan emosi hingga terjadi sifat anak yang trempramental , maka peran keluarga dan orangtua juga perlu karena saat itu anak akan belajar melalui  dua peran tersebut yang mereka guanakan sebagai contoh, karena orang tua dan anggota keluarga yang sering berkonlif di hadapan anak  dengan anak yang memiliki orang tua yang sadar akan hal itu tidak baik untuk mental anak, maka dapat di bandingkan sifat emosional kedua anak itu akan bebeda, anak dengan orang tua dan keluarga yang suka konflik pasti memilki emosional yang tinggi. atau contoh yang lainya orang tua yang selalu mengekang anak nya dan sering langsung membentak anaknya jika salah dengan orangtua yang memberi rasa kepercayaan pada anaknya mengerti dan memahami kesalahan anak dengan berbicara baik-baik . emosi kudua anak pun juga berbeda dengan itu peranan keadaan rumah dan lingkungan pun harus seimbang.

Semoga bermanfaat :)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun