Mohon tunggu...
Muhammad Zaki
Muhammad Zaki Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab Universitas Darussalam Gontor

Saya adalah seorang penulis lepas yang senang berbagi cerita, pengalaman, dan pemikiran melalui tulisan. Dengan latar belakang pendidikan dalam bidang jurnalistik, saya telah mengeksplorasi berbagai topik mulai dari kisah inspiratif, opini tentang isu sosial dan politik, hingga ulasan tentang film dan buku. Minat: Saya tertarik pada beragam topik, namun terutama dalam hal kehidupan sehari-hari, kisah perjalanan, seni budaya, bahasa, pendidikan, teknologi Dll. Saya juga gemar menulis tentang pengembangan diri dan hal-hal yang dapat memberi inspirasi kepada pembaca. Pengalaman: Selain menulis untuk Kompasiana, saya juga telah berkontribusi dalam beberapa tulisan seperti penulisan essay dan artikel ilmiah di berbagai konferensi. Saya percaya bahwa tulisan-tulisan saya dapat memberikan sudut pandang yang berbeda dan memicu diskusi yang berarti di kalangan pembaca. Tujuan: Melalui tulisan-tulisan saya, saya berharap dapat menginspirasi dan memberikan wawasan baru kepada pembaca. Saya ingin menjadi bagian dari komunitas penulis yang aktif berdiskusi dan saling mendukung di Kompasiana. Kontak: Jika Anda tertarik untuk berkolaborasi atau berdiskusi lebih lanjut, jangan ragu untuk menghubungi saya melalui email mzaki011102@gmail.com atau melalui pesan pribadi di Kompasiana. Terima kasih telah mengunjungi profil saya!

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Emosi di Siang Hari, Apakah Bisa Membatalkan Puasa?

30 Maret 2024   14:42 Diperbarui: 30 Maret 2024   14:43 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber gambar: Huff Post)

Dalam menjalankan ibadah puasa, tidak hanya menghindari makan dan minum saja yang menjadi fokus, namun juga menjaga kondisi emosi dan mental. Namun, pertanyaan yang sering muncul adalah apakah dengan emosi yang tinggi atau marah dapat membatalkan puasa? Mari kita eksplorasi perspektif Islam serta dalil-dalil yang mungkin mendukung pernyataan ini.

Emosi merupakan bagian alami dari manusia. Namun, dalam agama Islam, penting bagi umat Muslim untuk mengendalikan emosi mereka, terutama saat menjalankan ibadah puasa. Hal ini karena emosi yang tidak terkendali dapat membawa dampak negatif, baik terhadap kualitas ibadah maupun hubungan sosial.

Sebagian ulama berpendapat bahwa emosi yang tinggi atau marah dapat membatalkan puasa jika mengakibatkan seseorang melakukan perbuatan yang dapat membatalkan puasa, seperti makan atau minum dengan sengaja. Mereka merujuk pada hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, di mana Rasulullah Muhammad SAW bersabda, "Siapa yang tidak meninggalkan perkataan palsu dan amalan yang tidak bermanfaat, Allah tidak memerlukan bahwa dia meninggalkan makanan dan minuman."

Dari hadis ini, sebagian ulama menyimpulkan bahwa seseorang yang tidak dapat mengendalikan emosinya hingga melakukan perkataan atau tindakan yang tidak bermanfaat atau berdampak negatif dapat merusak nilainya dalam menjalankan ibadah puasa. Dengan demikian, dapat diinterpretasikan bahwa emosi yang tidak terkendali dapat mempengaruhi validitas puasa seseorang.

Namun, pendapat ini tidaklah mutlak. Sebagian ulama berpendapat bahwa emosi yang tinggi atau marah tidak secara langsung membatalkan puasa, selama seseorang tetap menjaga dirinya dari melakukan perbuatan yang dapat membatalkan puasa. Mereka menggarisbawahi pentingnya mengendalikan emosi dan menahan diri, namun tidak menyatakan bahwa emosi yang tinggi dapat secara langsung membatalkan puasa.

Dalam menjalankan ibadah puasa, penting bagi umat Muslim untuk menjaga kondisi emosional mereka, terutama saat diuji oleh berbagai situasi dan tantangan. Rasulullah SAW memberikan contoh teladan dalam menghadapi emosi dengan sabar dan ketenangan. Hadis-hadis yang mendorong umat Muslim untuk mengendalikan emosi dan menahan diri dari tindakan yang tidak bermanfaat atau merugikan, baik dalam keadaan puasa maupun tidak, menjadi pedoman dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian, sementara beberapa ulama berpendapat bahwa emosi yang tinggi atau marah dapat membatalkan puasa jika mengakibatkan perbuatan yang membatalkan puasa, pandangan yang lebih umum adalah bahwa pentingnya mengendalikan emosi tersebut sebagai bagian dari menjalankan ibadah puasa dengan baik. Oleh karena itu, dalam menghadapi emosi, umat Muslim dihimbau untuk merenungkan ajaran agama dan menjaga diri agar tidak melakukan perbuatan yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain, baik dalam keadaan puasa maupun tidak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun