Siang hari sebelum malam perampokan, ada seseorang yang melempar surat kaleng ke kediaman Kong Haji Usman. "Kong Haji! Entar malem kite mau rampok rumah Kong Haji," isi suratnya.
Memang pada saat itu para perampok memiliki keberanian yang tinggi dan tidak takut hukum, karena penegakan hukum belum seperti saat ini. Dahulu Jakarta masih dinamai Batavia.
Anehnya Kong Haji Usman menanggapi dengan tenang ancaman perampok itu. Beliau bertawakal kepada Allah yang Maha Melindungi. Kong Haji langsung mengumpulkan para pekerjanya dan memerintahkan untuk memyembelih beberapa kambing dan sapi. Kediaman Kong Haji ramai dengan orang-orang yang memasak seperti akan mengadakan pesta atau hajatan besar.Â
"Entar malem kite mau kedatangan tamu, siapin makanan yang enak-enak, termasuk buah-buahan juga hidangin," terang Kong Haji kepada para pekerja.
Ketika tengah malam tiba, puluhan perampok datang membuka pintu gerbang pagar dengan wajah ditregos sarung dan golok yang terselip dipinggang. Mereka langsung disambut Kong Haji Usman dengan pintu rumah yang sudah terbuka, hingga telihat meja besar yang penuh makanan tersaji. Sonyak para perampok itu ngiler dan langsung ingin menyantap makanan.
"Silahkan masuk para tamu, udah saye tunggu dari tadi, ini ada makanan yang saye siapin, mari kite makan dulu," sambut Kong Haji Uaman sembari tangannya menunjuk meja.
Para perampok itu kemudian tersenyum dan langsung duduk bersila disamping meja, membuka penutup wajah dan menyimpan golok disampingnya.
Usai makan besar, para perampok diberi oleh-oleh berupa bingkisan berisi beras, lauk pauk dan sisa makanan yang dimejasemuanya dibungkus dan diberikan satu persatu kepada semua perampok. Merekapun pulang sembari mengucapkan: "Makasih Kong Haji!". Â Merekapun tidak pernah lagi merampok rumah Kong Haji Usman.
Dalam kesehariannya memang Kong Haji Usman sangat peduli kepada masyarakat. Seringkali kalau ada pedagang lewat depan rumahnya selalu diborong dagangannya. Ada juga salah seorang pedagang pisang yang agak malu karena barangnya  sering diborong, lalu berucap: "Banyak amat belanjanya Kong Haji." Kong Haji kemudian memberikan jawaban yang menyenangkan penjual, "Tenang aje anak-anak semuanya pada suka pisang, ntar juga habis."
Barang belanjaan yang banyak biasanya disimpan di depan rumah, untuk diambil oleh anak-anaknya atau para pekerjanya.
Kong Haji Usman wafat saat berusia 112 tahun. Jika pembaca ingin berjiarah ke makam Kong Haji Usman, makamnya berada disamping masjid Al-Intizhim, Jalan Tipar Timur, Semper Barat, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara.