Sumber: visual storytelling
Media saat ini menjadi kebutuhan utama bagi masyarakat, untuk itu perusahaan-perusahaan media berlomba-lomba menghadirkan media terbaiknya bagi masyarakat. Melalui media biasanya suatu peristiwa diceritakan atau dalam bahasa asing biasa disebut dengan storytelling. Menurut Kiefer dan Porter storytelling atau bercerita biasanya melibatkan pembentukan narasi baik melalui paid, owned, shared maupun earned media.Â
Saat ini media semakin berkembang dari segi kuantitasnya, akibatnya semakin banyak informasi yang diterima oleh masyarakat sehingga terkadang membuat masyarakat bingung atau bahkan enggan untuk membaca informasi. Seiring dengan perkambangan teknologi, media-media tidak hanya menceritakan suatu peristiwa atau menyampaikan informasi dengan tulisan saja, melainkan saat ini sudah menggunakan platform lain yang salah satunya ialah gambar. Cara penyampaian informasi yang demikian biasa disebut dengan visual storytelling.Â
Menurut buku Visual Storytelling "A Brief Practical Guide" , visual storytelling merupakan cara mengkomunikasikan ide, inormasi, dan mengekspresikan hubungan melalui video, gambar, simbol, warna juga kata-kata. Riset dalam buku tersebut juga mengatakan bahwa audiens akan lebih cepat tertarik, dan lebih mudah mengolah informasi dalam bentuk visual atau gambar dibandingkan dengan sekedar tulisan.Â
Ketika gambar disampaikan dengan tepat maka dapat lebih dari sekedar menceritakan suatu kisah tapi juga membuat audiens bisa merasakan emosi, membangkitkan kenanagan hingga bertindak dengan berbeda (sesuai pesan yang disampaikan). Respon yang diberikan akan berbeda ketika cerita atau informasi disampaikan dengan teks atau secara visual.
Sumber: kerja otak manusia
      Beberapa elemen yang biasanya terdapat dalam visual storytelling menurut Kiefer dan Porter antara lain:
- Bentuk
- Ikon
- Tipografi
- Foto
- Warna
Setelah mengetahui bahwa visual storytelling merupakan suatu hal yang penting bagi industri media saat ini, berikut adalah langkah-langkah untuk membuat visual story menurut Syekes dkk (2013). Langkah-langkah tersebut tertuang dalam sebuah diagram yang disebut dengan visual story map, melalui diagram tersebut kita dapat mengetahui proses atau langkah-langkah untuk membuat visual story. Proses ini disebut dengan CAST (Content, Audience, Story dan Tell).Â
Sumber: Syekes, dkk (2013)
Content Row: konten harus mampu membuat audiens memahami apa yang anda inginkan sehingga memunculkan tindakan.
Audience Row: terkait siapa yang akan anda tuju dari pesan yang anda buat. Anda harus memahami audiens anda sehingga pesan yang dibuat nantinya benar-benar terasampaikan.
Story Row: berisi tentang struktur cerita yang bisa menarik audiens. Format yang digunakan adalah format menyampaikan cerita bukan hanya sekedar menyajikan informasi.
Tell Row: tahap di mana kata-kata dan visual mulai dibuat. Perhatikan format visual yang akan digunakan ketika menyampaikan cerita, lakukan pengujian apakah ia memiliki dampak yang diinginkan atau tidak.
Daftar Pustaka:
Visual Storytelling "A Brief Practical Guide" https://ayomenulisfisip.files.wordpress.com/2019/04/visual-storytelling-seminar-toolkit.pdf Â
Sykes, Martin, dkk. 2013. Stories That Move Mountains "Storytelling and Visual Design for Persuasive Presentations". Italy: Trento.
Kiefer, Brian dan Molly Porter. The Power Of Visual Storytelling "How to Create Compelling Visual Stories.Â