Mohon tunggu...
Auranita Darmawan
Auranita Darmawan Mohon Tunggu... Copy Editor and Creative Writer - Freelance

Sebagai lulusan Sastra Indonesia, berbicara tentang sastra, bahasa, budaya, dan olahraga jadi pilihan yang tepat. Tak hanya nonfiksi, fiksi juga jadi bidang yang saya geluti.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Bahasa Walikan: Identitas Arek Malang yang Jadi Bahasa Gaul

14 Mei 2025   14:00 Diperbarui: 14 Mei 2025   13:52 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa warga Kota Malang yang berkembang menjadi bahasa gaul (Sumber: Kompasianer/Auranita)

Masyarakat Kota Malang dikenal dengan sifatnya yang lugas dan bangga dengan identitas sebagai arek Malang (Arema) serta menjunjung tinggi kebersamaan dan setia kepada kotanya. 

Dialek Malang menggunakan bahasa Jawa dengan dialek yang sama seperti Surabaya. Namun, daerah yang ramai oleh wisatawan ini memiliki ragam bahasa khasnya sendiri, bahasa walikan atau bahasa terbalik.

Bahasa walikan ini ditemukan sejak masa kolonial Belanda. Kelompok Gerilya Rakyat Kota (GRK) lah yang pertama kali menemukan dan menggunakannya. 

Hal ini dilakukan untuk menjamin kerahasiaan dalam berbagi informasi dan pengenal teman atau lawan. 

Pada beberapa tahun terakhir, ragam bahasa tersebut pun telah berkembang sebagai bahasa gaul. Tidak hanya sebagai identitas Kota Malang, tetapi juga alat komunikasi anak zaman sekarang di media sosial.

Dengan demikian, tulisan ini bertujuan untuk membahas tentang variasi bentuk walikan yang telah digunakan sebagai bahasa gaul serta pengaruhnya dari masyarakat penutur. 

Sebab, bahasa tidak akan tercipta jika masyarakat penutur tidak ada. Bahasa juga tidak akan berkembang jika masyarakat tidak melestarikannya.

Variasi Ragam Bahasa Walikan

Sebagai identitas suatu masyarakat (Malang), boso walikan digunakan dalam bahasa Jawa. Proses membaliknya pun bervariasi. Hal ini dapat ditunjukkan sebagai berikut. 

  • ngerti = meN- + arti > mengerti dalam bahasa Indonesia, tetapi jadi ngerti dalam bahasa Jawa. Kemudian, ragam bahasanya memvariasikan ngerti > itreng. Seluruh kata gramatikalnya dibalik, namun penggunaan imbuhan ng- tidak dibalik agar mudah diucapkan.
  • kamu > umak
  • saya > ayas

Contoh dalam kalimat: Umak itreng a materi iki? = Kamu mengerti materi ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun