Lebaran selalu menjadi hari yang paling dinanti bagi sernua muslim. Momen kembali suci itu identik dengan kumpul keluarga, kue kering, dan masak besar.
Hari itu akan selalu menyenangkan sejak kecil. Namun, makin bertambah usia, makin banyak pula suka duka menuju ke sana.
Kebahagiaannya memang selalu dirasakan setiap generasi, termasuk Gen Z. Namun, tidak semua tentang suka. Ada beberapa persiapan yang dibenci anak zaman sekarang.
Mari bicarakan kesenangan dalam mempersiapkan 'sajian' Idul Fitri terlebih dahulu.
1. Bertemu Keluarga
Sebagian orang, pada umumnya, akan senang saat berkumpul dengan keluarga. Rasanya seperti ada teman ngobrol di rumah, menikmati masakan ibu, dan berebut ayam dengan adik.
Rasa rindu terhadap kehangatan bisa terobati saat semua orang berkumpul di satu rumah dan saling bermaaf-maafan. Meski terkadang hanya formalitas, tetapi hal ini selalu dinanti-nanti.
Perasaan pertama tentu berlaku untuk mereka yang memiliki kehangatan itu.
2. Berbagi Bersama
Bukankah berbagi itu menyenangkan? Bisa melihat raut bahagia orang lain karena kita menjadi sesuatu yang menghangatkan hati.
Sebagai manusia, tidak harus Gen Z, pasti pernah merasakan antusias untuk membeli barang atau menyiapkan makanan untuk keluarga.
"Aku masak makanan spesial untukmu!" begitu kira-kira.
3. Menyantap Makanan Lebaran
Makanan di momen ini selalu berbeda. Opor ayam, lontong sayur, sambel goreng ati dan kentang, dan rendang sudah identik dengan lebaran.
Ditambah, yang masak ialah ibu sendiri. Rasanya tidak akan bisa ditemui di mana pun, kecuali di rumah.
Sudah dijelaskan bahwa tidak semua bisa merasakan indahnya momen hari besar ini. Mari bicarakan dukanya kali ini.
1. Waktu
Terkadang, pekerjaan atau kesibukan menghalangi untuk mempersiapkan segalanya. Waktu terasa sangat berharga saat sudah kesulitan mengaturnya.
Menghadapi jadwal yang padat, belum lagi kalau tidak diizinkan cuti lama. Merasakan berkumpul juga hanya bisa sebentar, terburu-buru, dan berujung tidak menikmati.
2. Tekanan Ekspektasi
Terkadang, harapan keluarga yang berlebih bisa merusak momen bahagia di hari raya. Semua akan bertanya soal pencapaian yang membanggakan aau calon pasangan. Sebab, Gen Z sedang berada di fase keduanya.
Basa-basi itu justru membuat mereka malas mempersiapkannya. "Ah, apa iya aku harus bersiap menjawab pertanyaan itu-itu lagi?"
Bukannya menikmati membungkus ketupat sayur dan meracik opor ayam, asam lambung justru naik mendengar celotehan keluarga yang sudah mulai nyinyir.
3. Suasana Sudah Berbeda
Makin lama, perubahan makin terasa. Kumpul lengkap rasanya jadi mukjizat dari Tuhan. Rezeki yang tak semua orang bisa merasakan.
Ada sebagian yang hanya bisa berkumpul dengan orang tua dan membuat kue bersama. Sebab, saudaranya berada di perantauan dan tidak bisa pulang. Semua orang bertumbuh dan makin sibuk.Â
Sebagian lagi tidak bisa berkumpul dengan orang tua secara lengkap karena salah satunya atau bahkan keduanya sudah tiada. Kue kering dan masakan ibu pun menghilang. Situasi ini sungguh tidak membahagiakan.
Mempersiapan 'sajian' untuk hari raya memang penuh suka dan duka. Namun, dari setiap situasi pasti kita belajar banyak hal. Mensyukuri nikmat yang sekarang dimiliki juga jadi salah satu usahanya kan?Â
Dengan mengetahui susah senangnya, kita bisa lebih menghargai sesama keluarga dan menjaga perasaannya. Jadikanlah momen lebaran sebagai waktu untuk berbagi cinta dan kebahagiaan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI