Mohon tunggu...
Auliya Ihza H
Auliya Ihza H Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Seni Dakwah Felix Siauw dalam Kacamata Hew Wai Weng

29 Juni 2021   11:47 Diperbarui: 29 Juni 2021   12:15 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Review Artikel Hew Wai Weng (2018), Seni Dakwah: Media Sosial, Persuasi Visual, dan Dakwah Keislaman Felix Siauw. Indonesia and the Malay World, ISSN: 1363-9811 (Cetak) 1469-8382 (Online).

Hew Wai Weng adalah seorang research fellow di Institute of Malaysian and International Studies (IKMAS), Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM), Bangi, Selangor Darul Ehsan, Malaysia. Minatnya adalah pada identitas muslim tionghoa, pola migrasi Hui, dan aspirasi Muslim kelas menengah perkotaan (urban middle class) di Malaysia dan Indonesia.

Artikelnya yang berjudul The Art of Dakwah: Social Media, Visual Persuasion and The Islamist Propagation of Felix Siauw, menuliskan tentang Felix Siauw, seorang penceramah Muslim Tionghoa yang populer dan kontroversial, terkenal karena afiliasinya dengan gerakan Islam transnasional, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), serta penggunaan media sosial dan estetika visual yang ekstensif. Pada September 2017, ia memiliki lebih dari empat juta pengikut di Facebook, dua juta pengikut di Twitter, satu juta pengikut di Instagram dan 20.000 pelanggan di YouTube, menjadikannya salah satu penceramah media sosial terkemuka di Indonesia.

Hew Wai Weng melakukan penelitian secara online dan offline dalam menulis artikel ini. Dia melakukan penelitian online, partisipasi offline, dan wawancara tatap muka dengan Felix Siauw dan rekan dakwahnya tahun 2016 dan 2017. Dia mengkaji bagaimana dan dalam kondisi apa Felix Siauw secara kreatif menggunakan media sosial dan gambar visual untuk menyebarkan ideologi HTI di kalangan anak muda Muslim Indonesia.

Pada awal artikel ini, Hew Wai Weng menuliskan tentang fakta adanya penceramah yang popular di Indonesia dan perkembangan media sosial yang mendukung sehingga terjadi peningkatan jumlah penceramah Islam popular tersebut. Dia menceritakan bagaimana Felix Siaw ketika berceramah di Masjid Baitul Ihsan Bank Indonesia Jakarta Pusat. Hew Wai Weng mengatakan Meskipun Felix Siaw adalah seorang Muallaf, namun ceramah dalam dakwahnya justru bukan tentang meyakinkan non-Muslim agar menjadi muslim seperti dirinya, melainkan desakan kepada umat Islam untuk menegakkan agama Islam sebagai cara hidup dan ideologi politik. Felix Siaw membujuk Muslim yang tidak taat untuk lebih saleh, serta mempromosikan ideologi HTI di kalangan pemuda Muslim. Felix Siaw mengemukakan bahwa Islam adalah solusi terbaik untuk berbagai masalah yang dihadapi Indonesia saat ini.

Hew Wai Weng juga menjelaskan siapa audiens yang mengikuti ceramah tersebut. Sekitar setengah dari audiens yang mendatangi ceramah Felix Siaw adalah wanita muda yang mengetahui ceramahnya dari Instagram dan Facebook. Dalam berceramah, Felix Siaw menggunakan teknologi yang modern, dan berpakaian khas Indonesia, yakni Batik, seolah menunjukkan bahwa dirinya telah menjadi muslim Indonesia pada umumnya. Mengenakan kemeja batik khasnya, ia menggunakan slide PowerPoint untuk menampilkan gambar visual dan infografis selama pidatonya. Untuk sesi tanya jawab, ia mendapat pertanyaan dari penonton melalui WhatsApp. Ceramahnya juga direkam dan diunggah di YouTube. Penggunaan media sosial yang ekstensif dari Instagram, Facebook, dan WhatsApp hingga YouTube dan estetika visual, bersama dengan latar belakang etnis Tionghoa, berpindah status dan berafiliasi dengan kelompok Islam transnasional Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), menjadikan Felix Siauw pemain unik di pasar dakwah Islam yang ramai di Indonesia saat itu.

Sebagaimana yang kita ketahui bersama, media baru seperti televisi dan internet, bersama dengan penggunaan baru dari media lama seperti publikasi cetak dan kaset, telah memperluas ruang publik Islam sebagai tempat ide, identitas dan wacana. Kemunculan media sosial semakin memungkinkan Muslim dari berbagai latar belakang untuk menyebarkan ide-ide mereka secara bebas, melewati intervensi editorial dan sensor.

Akibat berbagai keterikatan antara praktik Islam, bentuk media dan proses sosial, berbagai jenis dan gaya konsumsi, dakwah dan otoritas Islam telah muncul, memungkinkan berbagai wacana keagamaan mulai dari yang progresif hingga konservatif, dari yang moderat hingga yang radikal, bersaing di berbagai online. dan ruang offline.

Penceramah popular seolah tidak memerlukan lagi pendidikan atau latar belakang agama yang kuat untuk menjadi penceramah yang dikenal masyarakat luas. Hew Wei Weng bahkan menuliskan, seorang penceramah populer perlu membekali dirinya dengan keterampilan komunikasi dan strategi media. Banyak penceramah populer yang paham media dan mungkin memiliki penampilan yang menarik atau suara yang menarik, namun mereka tidak selalu memiliki kredensial yang kuat dalam pendidikan agama

Seperti Felix Siaw, dia adalah seorang Muallaf. Latar belakang pendidikan agamanya bukan dari pondok pesantren atau lembaga keislaman lainnya. Namun, dia menjadi penceramah popular karena kreativitasnya dalam berkomunikasi dan strategi media.

Dengan kata lain, selain ilmu dan substansi, bentuk dan rupa merupakan bagian tak terpisahkan dari sektor dakwah Islam yang berkembang di Indonesia. Bentuk media yang berbeda dan dibentuk oleh berbagai wacana, praktik, dan tokoh Muslim. Jika media elektronik seperti televisi dan radio pertama kali memunculkan penceramah selebriti, media sosial seperti Facebook, Twitter dan Instagram kini memberikan cara tambahan untuk menjadi populer. Berbagai platform media sosial menyediakan saluran bebas biaya bagi para penceramah ini untuk meningkatkan visibilitas publik mereka. Hew Wei Weng menambahkan, stasiun radio dan TV (ideology kuno) mungkin menolak untuk menampilkan penceramah yang memiliki sudut pandang politik atau agama yang kontroversial, namun platform media sosial memungkinkan penceramah ini untuk menyebarkan ide-ide mereka secara online. Tokoh agama tidak hanya menyesuaikan strategi dakwahnya dengan media baru, tetapi juga memanfaatkan media tersebut untuk kepentingannya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun