Salah satu yang paling kuat dan tak terbantahkan adalah ditemukannya surat dari Nabi Sulaiman bertuliskan Bismilllahirrahmanirrahim di atas sebuah plat emas di dalam kolam pemandian Ratu Saba di daerah Sleman, Jawa Tengah.
Dalam bukunya dijelaskan bahwa Nabi Daud as. Melakukan suatu perjalanan menggunakan sebuah kendaraan seperti traktor dibuktikan dengan temuan jejak roda kendaraan dibawah dasar samudra dan relief pada candi Borobudur. Nabi Daud singgah disebuah daerah dan mempersunting salah satu wanita pribumi dan dikaruniai putra bernama Sulaiman. Fahmi Basya menjelaskan bahwa nama Sulaiman berasal dari bahasa Jawa Su(ni’mat) dan Man(hamba), nama Sulaiman dalam bahasa Jawa berarti seorang hamba yang diberi kenikmatan. Mengisyaratkan kenikmatan yang diterima Nabi Sulaiman seperti kekuasaan, ilmu, dapat menaklukan angin, hewan, jin, dan dapat berbicara dengan hewan.
Bukti lain bahwa candi Borobudur adalah peninggalan Nabi Sulaiman as adalah dengan adanya sebuah daerah yang bernama “Sleman” yang dijelaskan dalam bukunya kata Sleman berasal dari kata Sulaiman menjadi Sleman karna bahasa Jawa.
Dan dikisahkan ketika Nabi Sulaiman beserta pasukannya sedang melakukan perjalanan. Nabi Sulaiman mendengar suara dari semut-semut yang takut terinjak oleh Nabi Sulaiman dan pasukannya yang dikisahkan semut tersebut adalah semut “ damfa” dalam bahasa Jawa biasa disebut semut dompo yang jika digigit menimbulkan bentol-bentol gatal. Akhirnya Nabi Sulaiman berhenti sejenak agar para semut segera masuk ke sarangnya.
Dalam bukunya juga dikisahkan ada sebuah negri yang bernama negri Saba seperti yang dijelaskan dalam Qur’an Fahmi Basya menuturkan bahwa yang dimaksud Negri Saba adalah Wonosobo diambil dari kata “wana” dan “Saba”. Wana dalam bahasa Jawa artinya hutan, sedangkan Saba artinya hewan. Wanasaba berarti suatu daerah yang terdapat hutan-hutan dan berbagai hewan didalamnya. Hal ini berkaitan dengan kisah Nabi Sulaiman bertemu semut tadi dan juga berkaitan dengan penjelasan bahwa Nabi Sulaiman dapat berbicara dengan hewan.
Negri Saba memiliki ratu yang bernama Ratu Bilqis. Orang Jawa biasa menyebutnya Ratu Boko dengan bukti adanya candi Ratu Boko. Kata Bilqis merupakan ejaan Arab sedangkan ejaan Jawa adalah Boko.
Masyarakat Negri Saba menyembah matahari kala itu. Nabi Sulaiman pun mengirimkan surat kepada Ratu Bilqis yang merupakan pemimpin Negri Saba. Surat tersebut berisikan lafadz “bismillahirrahmanirrahim” seperti yang dijelaskan dalam Qur’an dan dikuatkan dengan penemuan surat dengan lafadz bismillahirrahmanirrahim tersebut (surat bukan berupa kertas karna pada saat itu belum ada pembuatan kertas). Surat tersebut berupa kepengan tembaga. Nabi Sulaiman juga menyerukan agar Ratu Boko dan rakyatnya berhenti menyembah matahari. Namun, menyembah Tuhan seperti yang Tuhan Nabi Sulaiman sembah. Singkat cerita Ratu Boko dan Masyarakatnya meninggalkan kebiasaan lama berupa menyembah matahari dan Nabi Sulaiman mempersunting Ratu Boko
Buku karya KH Fahmi Basya ini sangat menakjubkan penjelasan-penjelasan yang begitu rinci disertai dengan bukti-bukti dan dasar-dasar yang kuat yang berguna untuk menambah disiplin ilmu mengenai sejarah. Karna banyak sekali pengubahan sejarah yang dilakukan dengan tujuan tujuan tertentu. Seperti contohnya banyak kisah-kisah sejarah Indonesia yang dituliskan oleh orang-orang barat padahal yang dituliskan adalah kisah sejarah indonesia bukan barat. Bahkan hal tersebut diajarkan di sekolah-sekolah formal dan bahkan digunakan sebagai kurikulum. Umumnya setiap orang tidak begitu mengetahui kebenaran akan sejarah jauh sebelum seseorang itu dilahirkan. Maka dari itu setiap seseorang boleh berpendapat akan sejarah dengan syarat disertai dengan bukti-bukti dan dasar-dasar yang kuat. Contohnya seperti buku ini. Namun, buku ini banyak menimbulkan banyak kontroversi karna Fahmi Basya dalam penelitiannya banyak menggunakan dasar-dasar Al Qur’an sehingga setelah membaca buku ini kebanyakan orang mengaggap bahwa buku ini menjelaskan bahwa Borobudur adalah peninggalan bersejarah Islam karna menyangkut kisah Nabi Sulaiman yang kerap diceritakan dalam Al Qur’an. Sementara sejarah yang beredar saat ini candi Borobudur adalah candi peninggalan Budha. Orang-orang Budha pun mempunyai penjelasan dan filosofi-filosofi mengenai candi Borobudur. Oleh karna itu, disarankan kepada pembaca agar lebih teliti dalam mengkaji buku ini dan tidak perlu terlalu meyakini jika tidak percaya karna dapat menimbulkan hal buruk, dan boleh diyakini bagi yang percaya . Hal ini dapat menambah wawasan bagi setiap pihak dalam disiplin ilmu baik bidang agama, sejarah, dan lain-lain.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI