Mohon tunggu...
Aulia NurLita
Aulia NurLita Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Menengah Pertama

Tech savvy

Selanjutnya

Tutup

Financial

Bekal "Cerdas Finansial" di Tengah Pandemi Covid-19

3 Mei 2020   19:17 Diperbarui: 3 Mei 2020   19:13 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : moneycontrol.com

Kapan keadaan ini akan berakhir? , pertanyaan yang saat ini ada di setiap benak orang.  Tapi seperti judul lagu Almarhum Chrisye "Badai pasti berlalu", kalimat  yang memberikan kita harapan, kalimat yang harus menjadi pegangan bagi kita untuk bisa sintas menghadapi keadaan saat ini.

Ketika Pemerintah mengambil kebijakan physical distancing, work from home bagi para pekerja, meliburkan kegiatan pendidikan di sekolah,dan melakukan pembatasan sosial, pada saat itu seharusnya kita semua sudah bisa menyadari bahwa lingkungan luar sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja. Tidak dipungkiri bahwa pandemi Covid-19 saat ini sudah membawa dampak yang luas bagi setiap orang di Negeri ini. Banyak sektor yang hampir, atau bahkan sudah lumpuh akibat pandemi Covid-19 ini. 

Finansial/keuangan adalah salah satu sektor yang paling terkena dampak dari pandemi ini. Di lini masa media sosial banyak berita masyarakat yang tetap memaksa bekerja saat himbauan work from home dari pemerintah, masyarakat yang memaksa untuk tetap pulang kampung karna penghasilan yang menurun sehingga tidak cukup untuk biaya kehidupannya, sampai beberapa tindak kriminal yang terjadi, semuanya karna keuangan masyarakat melemah. Namun begitu tidak banyak pilihan yang bisa dilakukan, selain menjadi cerdas dalam menghadapi kondisi saat ini. Utamanya bersikap cerdas dalam pengaturan finansial/ keuangan pada tingkatan keluarga. Terlebih dahulu saya jelaskan mengapa harus bersikap cerdas, dan kenapa harus dimulai dari tingkatan keluarga dalam pengaturan keuangan selama masa pandemi ini. 

Dalam situasi ketika individu tidak tahu bagaimana merespon suatu masalah, diperlukan perilaku cerdas (to behave intelligently) dalam mengatasi, dalam artian tidak hanya mengetahui informasi tetapi juga mengetahui bagaimana harus bertindak. Kemampuan bertindak cerdas tersebut disebut habits of mind (Costa & Kallick,2000). Lebih jauh habits of mind (HOM) ini adalah kemampuan membuat perencanaan efektif dengan berbagai informasi yang dibutuhkan, bisa mengevaluasi perencanaan, menahan diri dari bersifat impulsif, bisa menempatkan diri, peka, dan bisa menghasilkan cara baru dalam melihat lingkungan dan batasan yang berlaku di masyarakat. Perilaku cerdas finansial ini dimulai dari tingkatan keluarga, alasan dari tingkatan keluarga, karena keluarga adalah komponen terkecil dari masyarakat yang akan menentukan kualitas masyarakat itu sendiri. Jadi jelaslah urgensi dari perilaku cerdas dalam pengaturan finansial pada tingkatan keluarga.

Lalu bagaimana perilaku cerdas finansial pada tahapan keluarga di masa pandemi Covid-19, menurut Ahmad Gozali (2009), ada beberapa langkah yang bisa dilakukan :

Pertama, setiap kali menerima gaji, maka langkah awal yang pertama kali harus dilakukan adalah membayar cicilah hutang terlebih dahulu. Karena hutang adalah kewajiban yang harus dipenuhi kepada pihak lain. 

Kedua, menyisakan minimal 10% uang untuk ditabung/investasi, tabungan ini dialokasikan menyesuaikan dengan kesepakatan pada masing-masing keluarga, misal tabunngan darurat, tabungan pendidikan, tabungan hari tua dll. Kebiasaan buruk yang sering dilakukan adalah menunggu uang sisa di akhir bulan untuk ditabung, padalah hampir tidak ada uang sisa, itu berati tidak akan bisa menabung.

Ketiga, sisihkan juga untuk zakat atau kegiatan keagamaan lain, sebagai bentuk rasa syukur kita terhadap Allah SWT untuk rezeki yang sudah diberikan. Dalam situasi saat ini alokasi uang ini bisa digunakan untuk bersedekah, membantu orang-orangan orang yang masih membutuhkan. Hal tersebut juga sebagai wujud tanggung jawab kita sebagai warga negara yang baik bersikap tolong menolong terhadap sesama apalagi di masa sulit seperti saat ini. 

Keempat, langkah terakhir adalah menghabiskan uang gaji/penghasilan yang tersisa. Baik untuk memenuhi kebutuhan rutin keluarga seperti untuk belanja isi dapur, makan, lauk-pauk, rekreasi, beli baju dan sebagainya. Pada langkah yang keempat ini bukan berati uang yang tersisa bisa dihabiskan begitu saja, tetapi juga harus ada perencanaan yang sudah di susun sebelumnya sesuai dengan kebutuhan keluarga. Cerdas keuangan/finansial harus lebih ditekankan lagi pada poin ini, khususnya pada bagian perencanaan, harus bisa memprioritaskan kebutuhan sebelum keinginan. Lebih jauh adalah bagaimana bisa mengatur dan menyesuaikan uang agar dapat dipergunakan se-efektif mungkin. Tentu saja kebutuhan prioritas adalah kebutuhan primer berisi sandang pangan papan. Namun kebutuhan primer pun mengalami perkembangan, sehingga berbeda antara keluarga satu dengan lainnya. Ada 5 kriteria yang bisa digunakan untuk pengawasan pengaturan keuangan yaitu: tepat guna, tepat waktu, tepat tempat, tepat harga, dan tepat kualitas (Pearce dan Robinson.1997). Sehingga sebelum uang keluar atau pada saat penyusunan rencana keuangan, 5 kriteria tersebut bisa menjadi pertanyaan-pertanyaan yang akan menyeleksi kebutuhan apa saja yang diprioritaskan. Terdapat ungkapan yang relevan dengan hal ini, "Tidak peduli keuangan anda sedang defisit, yang penting anda tahu kemana mengalirnya uang tersebut".

Jika setiap keluarga bisa bersikap cerdas dalam pengaturan keuangan, maka akan terbentuk masyarakat yang cerdas pula. Namun jika baru keluarga anda yang bisa melakukan hal tersebut, maka minimal keluarga anda sudah mengambil peran sebagai warna negara yang baik dengan mengurangi beban pemerintah. Karena hal positif sekecil apapun yang dilakukan akan sangat berarti, apalagi ditengah masa pandemi Covid-19 yang tidak pasti kapan akan berakhir.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun