“Kepercayaan diri, itu datang dari aksi. Ketika aku melakukan aksi gowes ini, setiap aksi gowes itu membuahkan satu bola kepercayaan diri yang tertanam di dalam diriku. Semakin aku climate strike aku semakin percaya diri,” tuturnya.
Saat mendengar pernyataan Nala ini, kepalaku yang tadi sliweran Maudy Ayunda sontak mengalami galat 404 not found, familiar ‘kan?
Wajah Maudy yang tadinya HD 4K, tiba-tiba bruwet. Tiba-tiba saja digantikan wajah Si Superstar fisika, Isaac Newton. Mirip kartun Inside Out, tanpa sadar ternyata bola-bola ingatanku me-recall hukum III-nya Newton tentang aksi-reaksi. Ilmuwan pengguna tangan kiri itu menyatakan, jika aksi akan menghasilkan reaksi. Makanya, setiap gaya aksi sama besar dengan gaya reaksinya. Aksi baik bereaksi baik, dan sebaliknya.
Hal ini aku logikakan sama dengan aksi positif Nala yang ternyata membawa banyak pelajaran-pelajaran hidup baginya. Aksi baik bereaksi baik, dan sebaliknya. Pokoke ngono, lah.
Berkecimpung di dunia aktivis lingkungan sejak 2021, aku hakul yakin Nala juga nimbrung di banyak kegiatan climate strike. Gadis yang juga suka dodongkal — kue tradisional yang berasal dari tepung beras, gula merah, dan kelapa asli Bogor — itu rupanya sering ikut kampanye digital bahkan gerakan internasional yang diinisiasi Greta, Fridays for Future. Sampai baru-baru ini ketika sudah (agak) MVP, Nala Aprilia Si Aktivis Iklim naik level menjadi moderator sampai edukator. Karena belajar ilmu psikologi, Nala lebih sering membahas bagaimana kesadaran dan perilaku manusia dalam menciptakan lingkungan yang waras.
Makin Nala bercerita, jujur saja aku makin jiper. Gadis kelahiran 2004 itu tampaknya sangat mungkin jadi bahan pembanding tetangga dengan anaknya.
Bisa dibayangkan, kalimat-kalimat seperti,
“Nala tuh masih muda sudah itu,”
atau
“Nala loh rajin anu, kon gaweanne hape-an tok, ”
dan perbandingan anak tetangga versus Nala lainnya.